Warta

Tak Kuat Bayar Mahar, Warga Arab Nikahi Gadis Asing

NU Online  ·  Ahad, 29 Juli 2007 | 04:03 WIB

Sana’a, NU Online
Dua negara kawasan Teluk yang memiliki angka pernikahan antara pria pribumi dan gadis asing tertinggi adalah Uni Emirat Arab (UAE) dan Arab Saudi terutama karena alasan biaya dan mahar atau mas kawin yang lebih murah dibanding di negerinya sendiri.

Bila menikahi gadis pribumi harus memiliki "pundi-pundi" keuangan yang lumayan besar, karena biaya mahar yang rata-rata tinggi dan kebutuhan lainnya yang tergolong memberatkan kebanyakan pria setempat.

<>

Berbagai upaya untuk mengurangi pernikahan dengan gadis asing di kedua negara tersebut masih belum banyak hasilnya. Di UAE misalnya dikenal dengan "sunduq zawaj" (dana pernikahan) untuk membantu meringankan biaya bagi pria pribumi yang menikah dengan gadis pribumi.

Di Saudi sebenarnya juga terdapat sejumlah lembaga kebajikan untuk membantu pria setempat yang akan menikahi gadis pribumi. Juga digalakkan nikah massal dengan semboyan "seribu hari cukup sehari."

Pihak berwenang di kedua negara juga menyerukan pentingnya campur tangan para wali gadis untuk meringankan biaya mas kawin. Namun semua langkah itu, tidak sepenuhnya berhasil.

Buktinya, jumlah pria yang menikah gadis asing masih tinggi. Di Arab Saudi misalnya, seperti laporan Kementerian Dalam Negeri Saudi belum lama ini, ijin yang diberikan secara resmi kepada pria Saudi yang menikahi gadis asing sebanyak 6.600 orang setahun. Dengan demikian, ijin yang diberikan per hari sebanyak 25 orang.   

"Ijin tersebut sesuai hasil penyeleksian tim khusus dan sesuai peraturan yang berlaku," kata laporan itu seperti dikutip harian Okaz, Saudi, Kamis (26/7). Sebagian besar gadis asing yang dipersunting pria negeri kaya minyak itu adalah berasal dari Suriah. Sebagian dari pria Saudi yang mempersunting gadis asing telah beristrikan wanita pribumi.

Karena kesulitan untuk mencari istri kedua dari gadis pribumi disamping biaya mas kawin yang tinggi ditambah dengan berbagai permintaan lainnya dari pihak keluarga istri, mendorong mereka mencari gadis asing sebagai istri kedua.

Angka pernikahan dengan gadis asing yang masih tinggi ini menimbulkan masalah sosial bagi negeri itu. Di antaranya adalah angka perawan tua di kalangan gadis usia nikah yang terus membengkak.

Sesuai data sebelumnya yang dikeluarkan Kementerian Perencanaan Saudi, angka perawan tua saat ini mencapai sejuta orang. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa angka tersebut bisa membengkak dua kali lipat dalam lima tahun mendatang bila tidak ditangani dengan serius.(ant/nur)