Warta LAJNAH FALAKIYAH

Tak Ada Masalah dalam Penentuan Awal Dzulhijjah 1429 H

NU Online  ·  Senin, 10 November 2008 | 05:01 WIB

Jakarta, NU Online
Penentuan awal bulan Dzulhijjah 1429 H nanti hampir dipastikan tidak ada masalah. Dengan demikian semua ormas Islam di Indonesia akan menjalankan ibadah shalat Idul Adha 10 Dzulhijjah pada hari yang sama.

Berdasarkan data dalam almanak PBNU yang diterbitkan oleh Lajnah Falakiyah untuk markas Jakarta, hilal atau bulan sabit pada saat Matahari terbenam tanggal 29 Dzulqa’dah 1429 H atau bertepatan dengan 27 November 2008 M masih berada di bawah ufuk -3,57 derajat. Pada saat diadakan rukyatul hilal pada hari itu dipastikan hilal tidak akan terlihat.<>

Maka melalui metode istikmal bulan Dzulqa’dah akan disempurnakan menjadi 30 hari dan tanggal 1 Dzulhijjah akan jatuh pada 29 November, sementara hari raya Idul Adha 10 Dzulhijjah jatuh pada 8 Desember.

Data hisab atau perhitungan yang dilakukan oleh beberapa organisasi Islam juga menunjukkan hasil yang sama. Beberapa organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan Persis memang tidak mendasarkan penentuan awal bulan dengan rukyatul hilal, namun dengan metode hisab saja.

Dalam rapat Lajnah Falakiyah di kantor PBNU, Jakarta, Ahad (9/11) kemarin ditemukan justru kemungkinan perbedaan terjadi pada penentuan awal bulan Rabiul Awal 1430 H nanti. Di wilayah Jawa, hilal pada bulan sebelumnya atau Safar 1430 H masih berada pada ketinggian di bawah 2 derajat, yakni batas minimal imkanur rukyat atau fisibilitas pengamatan.

Sementara di wilayah Sumatera hilal sudah mencapai 2 derajat. Jika hilal bisa dirukyat di wilayah Sumatera maka tidak terjadi masalah dan wilayah Jawa dan lainnya di Indonesia mengikuti hasil itu. Namun jika hilal dilihat di Jawa maka perlu diadakan penelitian lebih serius terkait akurasi pengamatan hilal, dan di sinilah dimungkinkan adanya perbedaan, karena posisi hilal menurut kriteria imkanur rukyat belum bisa diamati.

Namun demikian, menurut Sekretaris Lajnah Falakiyah PBNU Nahari Muslih, penentuan awal bulan Rabiul Awal 1430 H kurang menjadi pusat perhatian sehingga tidak akan terjadi gejolak sosial, berbeda dengan penentuan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.

“Tidak ada ibadah mahdzah (ibadah murni) di bulan ini (Rabiul Awal), berbeda dengan Ramadhan, Syawal dan Dhulhijjah. Kalaupun ada yang mau memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW kan tidak harus tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal,” katanya. (nam)