Warta

Tahlil Untuk Korban Tragedi Marriot

NU Online  ·  Ahad, 10 Agustus 2003 | 14:02 WIB

Jakarta, NU Online
Untuk kesekian kalinya, tragedi kemanusiaan menimpa bangsa yang sedang terpuruk dalam krisis. Teror dalam bentuk ledakan bom kembali terjadi dengan adanya ledakan high explosive di Hotel JW Marriot, 5 Agustus silam. Hal ini mau tidak mau semakin menambah luka bangsa yang sudah tercabik.
 
Sebagai bentuk keprihatinan dan duka terhadap tragedi itu, sekaligus mengejawantahkan ukhuwwah Islamiyyah, ukhuwwah wathaniyyah (persaudaraan kebangsaan) dan ukhuwwah basyariyyah (persaudaraan kemanusiaan) PP IPNU menyelenggarakan Tahlil Kemanusiaan di area bekas ledakan, Sabtu 9 Agustus 2003, pukul 16.00 WIB. Acara dihadiri langsung  Ketua Umum PP IPNU H Mujtahidur Ridzo SZ didampingi Sekjen Syamsuddin M. Pay dan para pengurus lain, di tingkat harian dan departemen (estimasi kurang lebih 50 orang).

 Prosesi acara diawali dengan menaruh serta menaburkan bunga belasungkawa dilanjutkan dengan pembacaan pernyataan sikap oleh H Mujtahidur Ridlo SZ. Dilanjutkan dengan orasi kemanusiaan singkat oleh Syamsudin M Pay. Baru setelah itu dibacakan tahlil secara bersama-sama selama kurang lebih 30 menit.

<>

Maksud tahlil, pertama, mendoakan arwah para korban agar diterima di sisi-Nya. Kedua, memohon rahmat kepada Allah SWT agar mencegah maksud jahat dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan penebar teror. Ketiga, mendoakan agar para pihak yang tidak cinta damai agar segera bertobat. Keempat, berdoa untuk bangsa agar selalu diliputi kedamaian.

PP Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) menilai, dilihat dari sudut manapun, anarkhisme (terlebih bila sampai menimbulkan korban jiwa) tidak bisa dibenarkan. Termasuk dalam perspektif agama, cara-cara kekerasan tidak dapat dilegalkan, sungguhpun untuk tujuan yang dianggap mulia. Agama mengajarkan kemada umatnya untuk berbuat baik dan santun terhadap sesama. Sikap tasammuh (toleran) terhadap orang lain yang berbeda dianjurkan oleh agama.

Bangsa Indonesia yang pluralistik dengan jutaan warga yang memiliki perbedaan dalam banyak hal, membutuhkan kearifan dari semua orang untuk saling memahami dan mengerti. Terkait dengan peringatan 17 Agustus yangn sebentar lagi akan kita rayakan, semangat untuk bersatu dalam perbedaan atau berbeda dalam kesatuan terasa tepat,  tidak hanya untuk digaungkan, tetapi diimplementasikan di tengah kehidupan keseharian.

PP IPNU memandang, sikap saling memaksakan kehendak dan tidak menghargai apa yang menjadi hak orang lain, tidak tepat lagi dimunculkan, terutama bila dilakukan dengan cara kekerasan. Peledakan bom, atau bentuk kekerasan lain, sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah. Sudah dapat dipastikan, kekerasan semacam justru akan menimbulkan masalah baru.

Bom di Hotel JW Marriot, jelas berimplikasi pada banyak hal yang akan memperburuk citra dan kondisi bangsa. Pertama, munculnya rasa tidak aman masyarakat, kedua,  hilangnya rasa kepercayaan asing terhadap Indonesia, ketiga lunturnya harmoni di tengah masyarakat yang haus saling pengertian, keempat, timbulnya kerugian materiaal yang besar dan kelima, beban penderitaan bagi keluarga korban yang ditinggalkan.

Melihat hal itu, dalam pandangan PP IPNU, mau tidak mau harus ada upaya serius, terutama dari aparat yang berwenang untuk melakukan antisipasi agar ledakan bom tidak terjadi lagi. Biarlah bom di Marriot menjadi tragedi yang terakhir kali terjadi dan menggoncang bumi pertiwi. Kalau segala upaya dan kewaspadaaa telah dilakukan, maka tinggal Allah SWT-lah yang menentukan.(mkf)