Syaiful Bahri: Jadikan PMII Supermarket, bukan Pasar Tradisional
NU Online · Selasa, 17 Mei 2005 | 10:04 WIB
Jakarta, NU Online
Menyambut kongres PMII ke XV yang akan berlangsung 26 -30 Mei mendatang, Mantan Ketua Umum PB PMII mengharapkan agar PMII menjadi organisasi yang layaknya supermarket, bukan pasar tradisional. Didalamnya para mahasiswa dapat belanja, membeli, mempelajari apa yang ia inginkan bukan hanya didominasi oleh para kader yang ingin terjun ke dunia politik saja.
“Nampaknya ini kurang disadari pada kader PMII saat ini. Hanya orang-orang yang senang dengan politik saja yang masuk di PMII, tetapi orang lain yang ingin mengembangkan ekonomi, pertanian, teknologi, dan yang terjun ke masyarakat dalam rangka advokasi berkurang. Ini harus difasilitasi dan dijawab oleh PMII,” tandasnya di Gd. PBNU (17/05).
<>Wasekjen PBNU tersebut berpendapat memang sangat mudah untuk masuk ke dunia politik di Indonesia karena prosesnya tak rumit seperti di luar negeri. Sejauh aktifis tersebut pandai berpidato, dekat dengan dengan ketua parpol maka bisa masuk ke DPR. Mereka kurang dinilai dari kemampuannya, pengabdiannya, track record keorganisasian dan lainnya.
“Memang menurut itungan praktis dan pragmatis politik Indonesia kan lebih mudah. Ini menjadi godaan dan sangat berbahaya bagi kader PMII dan bagi bangsa karena orang hanya ingin terjun ke dunia politik dan tidak memberikan pendidikan ekonomi, pertanian, hukum atau profesionalisme yang lain,” imbuhnya.
Kepengurusan Dua Tahun Cukup Ideal
Syaiful yang pernah lama nyantri di Ponpes Maslahul Huda yang diasuh oleh KH Sahal Mahfudz tersebut juga menilai bawa masa kepengurusan selama dua tahun tersebut dinilainya sudah cukup ideal.
“Masalah waktu memang sangat tergantung bagaimana memanfaatkannya, bisa terlalu cepat jika programnya lambat dan bisa cukup jika memang banyak program yang berhasil dijalankannya,” imbuhnya.
Namun demikian, jika dilihat dari sudut pandang kehidupan mahasiswa saat ini yang rata rata sudah menyelesaikan kuliahnya selama empat tahun, tentunya sudah cukup bagus. Kalau kepengurusan selama tiga tahun, maka ia akan mencakup hampir satu siklus kehidupan mahasiswa sehingga akan hilang satu angkatan.
“Kalau dua tahun, pengurus besar betul-betul yang masih mahasiswa karena jika yang jadi pengurus bukan lagi mahasiswa, maka akan ada kesenjangan karena mereka memiliki kebutuhan-kebutuhan pragmatisme yang harus dipenuhi. Dunia mahasiswa adalah dunia idealisme,” tegasnya.(mkf)
Terpopuler
1
Isi Akhir dan Awal Tahun Baru Hijriah dengan Baca Doa Ini
2
3 Jenis Puasa Sunnah di Bulan Muharram
3
Istikmal, LF PBNU Umumkan Tahun Baru 1447 Hijriah Jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025
4
Niat Puasa Muharram Lengkap dengan Terjemahnya
5
Data Awal Muharram 1447 H, Hilal Masih di Bawah Ufuk
6
Khutbah Jumat: Meraih Fokus Hidup Melalui Shalat yang Khusyuk
Terkini
Lihat Semua