Warta

Serba Baru Cara Orang Aceh Rayakan Lebaran

NU Online  ·  Jumat, 25 September 2009 | 01:13 WIB

Banda Aceh, NU Online
Kalau baju baru atau ramai-ramai mudik ke kampung asal menyambut hari raya Idul Fitri sudahlah umum bagi masyarakat Muslim di Indonesia. Kondisi itu sedikit berbeda dengan masyarakat Muslim di Provinsi Aceh, hari raya Islam (Idul Fitri dan Idul Adha) seakan-akan ada "kewajiban" untuk berpenampilan serba baru.

Dari mobil, motor, sepeda, perabotan dan warna cat rumah sampai ke "kepala" baru terkadang perlu terpenuhi menyambut hari "kemenangan" Idul Fitri 1 Syawal, setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadhan.<>

Kaum laki-laki, tua dan muda ramai-ramai ke tukang cukur setiap menjelang perayaan Lebaran, ada yang sekadar mencukur jenggot dan kumis serta memangkas rambut.

Karena ramainya, terkadang ada yang harus antre menunggu giliran rambut dipangkas atau jenggotnya dicukur oleh tukang cukur seperti terlihat kawasan Peunayong, Kota Banda Aceh.

Nurhayati (36), seorang warga Aceh Besar, menyebutkan pihaknya telah membelanjakan uang senilai sekitar Rp40 juta untuk membeli berbagai barang menjelang lebaran.

"Satu sepeda motor baru saya beli dengan cash. Membeli cat rumah dan perabotan juga saya beli baru selain beberapa pasang pakaian jadi untuk anak-anak," kata dia menjelaskan.

Ia mengatakan, penggunaan barang-barang baru pada setiap menyongsong hari raya itu sudah lama berjalan, bahkan hal tersebut telah dilakukan sejak puluhan tahun lalu.

"Saat orangtua saya masih hidup, kami mendapatkan berbagai perabotan rumahtangga harus diganti, dinding rumah harus dicat ulang dengan warna berbeda. Kalau pakaian baru, itu sudah biasa," kata dia menyatakan.

Bahkan, Nurhayati, menyebutkan jika perempuan maka beberapa hari sebelum Lebaran pergi ke salon, ada yang memotong rambut, mengkritingkan atau ada juga yang rambutnya diluruskan selain rias wajah.

"Perempuan ke salon itu banyak dijumpai menjelang Lebaran bebepara tahun lalu, sebelum meluasnya konflik di Aceh. Tapi saat ini, sudah berkurang, mungkin saja disebabkan mayoritas wanita wajib menggunakan jilbab," kata Nurhayati menceritakan.

Akramuddin (15), menyatakan dirinya bahagia karena telah memperoleh sepeda motor pemberian orangtuanya. Sepeda motor bebek merek Yamaha itu dibeli orangtuanya secara kredit dengan besarnya uang muka Rp3 juta.

"Saya sedang bahagia sekali. Yang penting, hari raya tahun ini saya tidak jalan kaki atau menumpang motor teman untuk bersilaturrahmi ke rumah famili atau karib (teman)" katanya dengan wajah gembira.

Antusias

Antusiasnya masyarakat ingin merayakan lebaran dengan "serba baru" itu berimbas pada meningkatnya penjualan berbagai produk, seperti sepeda motor, mobil, perabotan rumah tangga dan pakaian jadi.

Seorang penyalur sepeda motor di Banda Aceh menjelaskan, pihaknya telah memasok tidak kurang dari 500 unit dalam sebulan terakhir, berbeda dengan hari biasanya berkisar 10 unit/bulan.

"Ada yang kontan dan tidak sedikit juga kredit untuk memperoleh sepada motor dari dealer kami," kata Dahlan, seorang petugas dealer di Kota Banda Aceh.

Pedagang perabotan, Ny Hayatun menjelaskan dagangannya banyak laku pada setiap menjelang Lebaran. Kalau hari-hari biasa, omset penjualan perabotan berkisar antara Rp10juta-Rp20 juta/bulan, tapi sebulan puasa bisa mencapai di atas Rp100 juta.

"Kalau orang lagi banyak uang, misalnya dari keluarga pengusaha, tidak hanya kursi tamu, tapi juga meja makan, kursi santai sampai tempat tidur atau lemari dibeli serba baru pada hari raya," katanya menambahkan.

Yang jelas, menurt Hayaton, para pedagang mengambil kesempatan meningkatkan omset penjualannya pada setiap lebaran tiba.

Tidak heran, jalan-jalan menuju pusat perdagangan dan pasar swalayan di Kota Banda Aceh, penuh sesak lautan manusia setelah menjelang puncak perayaan Lebaran.

Sekretaris Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Aly menyebutkan, tidak ada kewajiban dalam ajaran agama untuk menggunakan serba baru untuk menyambut lebaran baik Idul Fitri maupun Idul Adha.

"Yang paling penting bahwa Ied (Idul fitri) maknanya suci. Berarti kita kembali kepada kesucian," katanya menjelaskan.

Inilah semangat yang harus hadir dalam suasana Idul fitri nanti. Lebaran jangan hanya dimaknai sekedar menggunakan serba baru yang dikhawatirkan masuk ada ria atau adu pamer barang diantara sesama manusia.

Idul fitri adalah puncak setelah selesai berpuasa sebulan penuh dibulan Ramadhan. Ibadah puasa yang dirangkai dengan ibadah lainnya tentu sangat bahagia bagi yang menjalankan.

Maka saat yang tepat, apabila Idul fitri itu dirayak dengan memohon ampun kepada Allah SWT, sekaligus berharap maaf terhadap sesama, bukan bermegah-megahan dengan harta benda. (ant/mad)