Tangerang, NU Online
Identitas utama manusia adalah gerak usaha untuk meneguhkan dirinya sebagai al-hayawan al-nathiq, makhluk berakal. Itulah yang membedakan manusia dengan binatang lain. Semakin mahir seseorang, semakin teguh identitasnya sebagai manusia, karena dari situlah peradaban sebuah bangsa bisa diraih. Dalam konteks inilah, pendidikan menjadi satu syarat yang paling mendasar bagi kemajuan sebuah negara.
<>
“Tapi, sayangnya, negara kita nampaknya masih belum serius menggarap pendidikan warganya,” kata ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma’rif Tangeral Selatan, Abdullah Mas’ud, di sela-sela acara seminar nasional dan halal bihalal tenaga kependidikan se-Kota Tangerang Selatan, di Serpong, (24/9).
Berdasarkan riset terakhir Human Development Index (HDI), tambahnya, kualitas pendidikan Indonesia menempati pada urutan ke-108 dari 173 negara yang disurvei. Posisi ini jauh dibanding kualitas pendidikan negara tetangga seperti Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand yang masing-masing berada pada urutan ke- 25, 32, 54, dan 70.
Menurut Kepala Pusat Kajian Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional RI Hendarman, kenyataan tersebut sangat wajar sebab jumlah guru pendidikan dasar yang sudah S1 atau D4 hanya berjumlah 16 persen.
“Bagaimana mungkin kualitas pendidikan Indonesia meningkat jika kualifikasi gurunya saja masih segitu,” katanya saat berbicara pada forum seminar yang mengangkat tema Sekolah Unggulan, Haruskah Mahal? itu.
“Melihat kenyataan ini, reformulasi dan pembenahan sistem pendidikan secara radikal sudah semestinya harus dilakukan. Di sinilah keberadaan sekolah unggulan diperlukan,” kata Hendarman. Sekolah unggulan ini diharapkan mampu menjadi tempat alternatif atau semacam wahana untuk memperbaiki wajah pendidikan nasional.
Mas’ud menanggapi, sudah barang tentu, sekolah unggulan berarti unggul secara kualitas. “Akan tetapi, sangat disayangkan, unggul secara kualitas tersebut kemudian meniscayakan keunggulan biaya. Inilah yang kita tolak,” tegas Mas’ud.
Karena sangat mahal, bayangan belajar di sekolah unggulan hanya menjadi mimpi bagi mereka yang kurang modal. Makanya, image sekolah unggulan sebagai sekolah yang super mahal lebih melekat, daripada sisi kualitasnya. Banyak anak-anak cerdas yang bercita-cita masuk, bahkan mereka telah lulus tes sekolah unggulan, namun orang tuanya mengurungkan niat itu ketika dibenturkan dengan faktor biaya.
Kalau begitu, mungkinkah sekolah unggulan itu bertarif murah? “Sangat mungkin sekali,” jawab Sri Mulyati, salah seorang pembicara seminar dari PP LP. Ma’arif. Bagaimana caranya? Menurutnya, setidaknya ada dua cara yang dapat ditempuh: melalui subsidi silang dan memanfaatkan dana CSR perusahaan.
“Kalau berhasil dilakukan, ini pasti dapat menekan biaya sekolah,” paparnya.
Sri menjelaskan, subsidi silang dilakukan oleh orang tua murid yang kelebihan dana kepada yang kekurangan. Bisa juga dilakukan dengan menggaet donatur dari luar yang mempunyai kelebihan dana untuk sebagai subsidi bagi murid tak mampu di sekolah tersebut. Gagasan ini diperkuat lagi oleh Mas’ud.
Menurutnya, ada satu hal lagi yang penting dalam menyelenggarakan pendidikan unggul, berkualitas, tapi murah. Apa itu? Komitmen guru dalam mendidik siswanya. Sebab, mutu siswa itu ada di tangan guru. “Jika gurunya melempem tak berdaya, mustahil mampu mencetak siswa unggul,” tegas Mas’ud.
Sebagai langkah konkrit dalam mewujudkan gagasan ini, LP Ma’arif NU Tangsel berencana untuk membuat sekolah unggulan yang berkualitas dan murah, agar dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat di Tangerang Selatan dan sekitarnya.
“Mohon doa restunya agar pembangunan sekolah tersebut dapat segera diwujudkan dalam waktu dekat,” harapnya. Jadi, Mas’ud mempertegas, sekolah unggulan tidak harus mahal, di samping sangat bertolak belakang dengan konteks bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya miskin, juga akan menciptakan kesenjangan yang curam antara si miskin dan si kaya.
Redaktur : Mukafi Niam
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
4
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
5
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua