Warta KONGRES UMAT ISLAM

SBY Bangga Islam di Indonesia Tampilkan Wajah yang Ramah

NU Online  ·  Jumat, 7 Mei 2010 | 05:29 WIB

Jakarta, NU Online
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan bersyukur meski Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, budaya dan adat istiadat, umat Islam dapat hidup rukun dan damai.

"Alhamdulillah kaum muslimin dapat menampilkan wajah Islam yang ramah dan toleran. Hal ini harus senantiasa kita jaga, sehingga Islam benar-benar dapat ditempatkan sebagai rahmat bagi semesta," kata SBY di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (7/5).<>

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia juga bisa mensejajarkan antara Islam, demokrasi dan modernitas. Dunia Islam, lanjut SBY sangat bergantung kepada Indonesia dalam mencitrakan wajah Islam sesungguhnya yang damai dan toleran.

SBY mengingatkan semua pihak memiliki tugas untuk membuat demokrasi di Indonesia benar-benar tepat, bermartabat, dan membawa manfaat bagi seluruh rakyat. Setelah sepuluh tahun lebih melaksanakan reformasi, Presiden menilai kini merupakan saat yang tepat untuk melakukan refleksi dan evaluasi.

"Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita semua utamanya para pemimpin di negeri ini, untuk bersama-sama berikhtiar, bertindak nyata untuk membangun kepatuhan masyarakat kepada aturan, etika dan pranata," pinta SBY.

Presiden menggarisbahwahi pentingnya pendekatan edukatif dan persuasif dalam menegakkan aturan dan pranata ini, dibanding pendekatan represif dan punitif. ''Saya yakin politik dan demokrasi di Tanah Air kita akan indah dan penuh manfaat apabila kebebasan dan aturan benar-benar hidup serasi,'' imbuhnya.

Ia menambahkan, meski Indonesia bukan negara Islam, namun ajaran-ajaran Islam diserap dalam bentuk berbagai peraturan perundang-undangan. Misalnya, UU Perkawinan, UU Wakaf, UU Zakat, dan UU Haji. "Ini diberlakukan untuk kepentingan para musliminh," ujar SBY.

Hadir dalam acara ini para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu di antaranya Menteri Agama Suryadharma Ali, Menakertrans Muhaimin Iskandar dan Menneg Perekonomian Hatta Rajasa. (mad)