Warta Hari Buruh Internasional

Sarbumusi: Buruh Dipecah

Sen, 1 Mei 2006 | 13:01 WIB

Jakarta, NU Online
Tidak seperti diperkirakan sebelumnya, aksi besar-besaran memperingati Hari Buruh Internasional 1 Mei 2006 tak terjadi. Di Jakarta, massa buruh yang tergabung dalam berbagai elemen serikat buruh atau serikat pekerja terlihat tidak kompak.

Ketua Umum PP Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) Junaidi Ali menilai, buruh telah dipecah. “Saya melihat ada upaya sistematis dari pemerintah untuk memecah buruh,“ ujarnya kepada NU Online di sela-sela aksi di depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Senin (1/5).

<>

Dalam aksi memperingati hari yang dikenal dengan May Day itu, sebagian massa buruh dari berbagai elemen serikat pekerja berunjuk rasa di depan Istana Merdeka, sebagian lagi ada yang di DPR. Sehari sebelumnya, Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) melakukan unjuk rasa mendahului yang lain.

Menurut Junaidi, upaya memecah buruh sudah terlihat sebelumnya. Berbagai aliansi serikat buruh dibangun, namun akhirnya bubar juga. “Beberapa kali kita bentuk organ aliansi, tapi tidak kuat. Satu persatu, serikat pekerja keluar dari aliansi,“ terangnya.

Upaya untuk menghindari aksi buruh besar-besaran, menurutnya, juga terlihat dari sikap aparat kepolisian yang melarang penggunaan panggung dan sound system dalam aksi tersebut. “Panggung itu ibarat simbol pemersatu dalam sebuah aksi. Nah, ini polisi melarangnya,“ terangnya.

Tidak terlalu besarnya jumlah massa buruh dalam aksi tersebut, juga ditangkap oleh Junaidi. Ia mensinyalir, hal itu telah dikondisikan oleh aparat kepolisian dengan melarang buruh dari luar Jakarta untuk turut dalam aksi tersebut. Menurut Junaidi, pemerintah seakan ketakutan menghadapi aksi buruh.

Sarbumusi yang pada aksi tersebut hanya mampu menurunkan sekitar 300 anggotanya, dikeluhkan oleh Junaidi. “Setidaknya, Sarbumusi se-Jabodetabek bisa turun di sini, tapi nggak bisa karena oleh aparat hanya boleh demo di kotanya masing-masing. Nggak heran juga kalau di sini (depan Istana Merdeka), lebih banyak polisinya daripada buruh,“ ujarnya. (rif)