Warta

Said Aqil: Kualitas Disertasi harus Ditingkatkan

NU Online  ·  Jumat, 1 Oktober 2010 | 06:16 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj menyoroti terpuruknya tradisi kepenulisan ilmiah di dunia akademik. Menurut Said, kini banyak disertasi -istilah untuk tugas akhir bagi mahasiswa strata tiga (S3)- yang hanya berisi kumpulan informasi yang tidak mendalam.

Said mengatakan hal itu saat menerima tamu dari sejumlah anak muda NU Jakarta, di rumahnya, Jl. Sadar Raya Ciganjur Jakarta, Kamis malam (30/9). Kritik Said Aqil ini menyusul kritikan yang sudah banyak dilontarkan oleh civitas akademika di pelb<>agai perguruan tinggi di Indonesia.

“Bikin disertasi itu harus serius sekalian. Saya banyak melihat disertasi yang hanya berisi kumpulan informasi yang kurang dalam. Lalu dikomentari sedikit-sedikit, dikuatkan oleh buku-buku, setelah itu sidang, terus wisuda,” kata Said Aqil yang mendapat gelar doktor dari Universitas Ummul Quro (Mekah), jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, 1994.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa karya ilmiah harus dapat mengubah pola fikir yang sehat, produktif dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

“Sekolah tinggi-tinggi, biaya mahal, waktu panjang, jangan cuma ingin mendapat gelar atau kenaikan pangkat di wilayah birokrat saja. Tapi juga harus bermanfaat bagi kehidupan ilmiah. Ilmiah itu harus bermanfaat bagi kehidupan umat manusia,” tegas Said yang mengajar di banyak sekolah pasca sarjana.

Meski demikian, Said tidak memungkiri bahwa dunia pendidikan juga mengalami berbagai kendala dan problematika terkait masalah penulisan ilmiah sebagai prasyarat kelulusan akademik. “Tapi saya juga paham bahwa ada problem dalam sistem pendidikan kita,” lanjut Said.

Beberapa waktu lalu, Wakil Rektor Bidang Riset Institute Teknologi Bandung (ITB), Prof. Indratmo Soekarno, mengatakan di sebuah koran bahwa penelitian banyak yang hanya bersifat daur ulang. Dalam konteks penerbitan jurnal ilmiah, dia mengungkapkan, ”Masih kurang kiriman naskah hasil penelitian yang orisinalitasnya tinggi dan memiliki kebaruan atau new finding.” (hmz)