Warta

Said Aqil: “Kerja adalah Ibadah”

NU Online  ·  Selasa, 16 Desember 2003 | 03:22 WIB

Jakarta, NU Online
Rois PBNU Prof Dr Said Agil Siradj mengatakan, manusia pada satu sisi harus tunduk kepada aturan yang telah ditentukan Allah, namun di sisi lain ia diberi kebebasan seluas-luasnya untuk berkreasi dan berinovasi.

Melekatnya dua sisi yang berbeda pada diri manusia membuatnya sebagai makhluk unik. Ditegaskannya, karena keunikan manusia tersebut maka diharapkan ia mengaktualisasikan paradigma taqwa sesuai dengan arti sebenarnya. Yakni menjaga keseimbangan dalam beribadah, berakhlak, berjuang, atau melakukan berbagai inovasi, ungkapnya acara Sawalan dan Pelepasan Calon Jamaah Haji PWNU DIJ di PP Nurul Ummah Prenggan Kotagede Jogjakarta, Ahad (14/12) kemarin.

<>

Hadir dalam acara tersebut sekitar seribu orang. Di antaranya adalah jajaran pengurus NU mulai PWNU sampai ranting-ranting, termasuk badan otonomnya. Sementara para tokoh NU DIJ yang hadir antara lain KH Atabik Ali (PP Krapyak), KH Saiful Mudjab, Drs HA Hafidh Asrom MM (calon anggota DPD dari NU), para tokoh yang aktif di berbagai partai politik serta para calon haji dari kalangan NU sekitar 700 orang.

Menurut Kiai Said Agil, seorang muslim bekerja harus, dan memandangnya sebagai kewajiban sama wajibnya dengan kewajiban melaksanakan ibadah. Sama juga dengan kewajiban dalam menciptakan kreasi, inovasi dan berjuang. Namun, perjuangan seorang muslim ada aturannya, ucap Said Agil.

Pada kesempatan tersebut kiai asal Cirebon ini juga menjelaskan panjang lebar tentang perjuangan kaum Nahdliyin bagi bangsa dan negara. Di antaranya berupa perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Dicontohkan, pertempuran 10 November di Surabaya yang berhasil menghalau penjajah. Pada kesempatan tersebut para kiai seperti KH Abbas dari Buntet Cirebon dan para santri maju ke medan pertempuran, jelasnya. “Mereka semua ini orang NU. Tetapi ini tidak masuk dalam buku sejarah,” katanya.

Prof Dr Said Agil Siradj pada forum itu juga menghimbau warga NU DIJ untuk mendukung keputusan PWNU termasuk dalam terhadap pencalonan DPD dari NU. Jika sudah diputuskan mestinya kaum nahdliyin mematuhinya, tegasnya.

Sementara itu menurut Ketua Tanfidziyah PWNU DIJ, Prof Dr Mas’ud Machfoedz, segenap warga NU diharapkan menaati keputusan dari organisasi. Di antaranya dalam memilih calon anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) pada Pemilu 2004 mendatang di mana PWNU DIJ sudah menetapkan nama Drs HA Hafidh Asrom sebagai calonnya, ujar Mas’ud (zu)