Warta

Said Aqil: Bangsa Mulia Karena Pemimpin dan Rakyatnya Berilmu

NU Online  ·  Senin, 17 Mei 2010 | 11:29 WIB

Brebes, NU Online
Zaman jahiliyah (kebodohan), telah menerpa dunia ini sebelum abad ke-14. Di berbagai belahan dunia terjadi penistaan terhadap perikehidupan manusia dengan tidak mengindahkan hakekat kehidupan manusia yang bermartabat. 
Pada zaman Romawi tumbuh subur budaya gladiator, mengadu budak belian.

Pada masa zoroaster di Persia raja dengan seenaknya berbuat dzolim sementara rakyat tidak boleh salah dan bila salah dihukum berat. Di Jazirah Arab, karena kebodohannya mengagumi para penyanyi, dukun dan tukang santet.<> 

“Jahiliyah, terjadi karena pemimpin dan rakyatnya tidak memiliki ilmu,” ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj saat menyampaikan tausiyah pada Khaul ke-23 KH Asyamsuriyah di Jagalempeni Kec. Wanasari Brebes Ahad (16/5).

Kenistaan yang terjadi, tidak bisa teratasi dengan berbagai kebijakan pimpinannya yang tidak berilmu pula. Baru setelah Nabi Muhammad SAW diutus ke muka bumi, terjadi pencerahan, dengan mengangkat derajat manusia setinggi-tingginya. “Nabi Muhammad SAW, dibentuk kepribadiannya 100 persen oleh Allah SWT dengan diturunkannya Al Qur’an sebagai penuntun,” terangnya.

Di dunia ini, lanjutnya, hanya orang yang berilmu saja yang benar. Islam mengharuskan manusia berilmu. “Dengan ilmu, kita diatas garis yang benar,” ungkapnya.

Kang Said, demikian panggilan akrabnya, menyarankan agar umat Islam tak bosan-bosannya mencari ilmu sepanjang hayatnya. 

Namun ilmu saja tidak cukup, perlu dukungan keimanan yang kuat. Orang yang berilmu saja tapi tidak beriman akan berbuat keangkaramurkaan dimuka bumi. “Orang yang bodoh, kalau 'ngapusi' tanah paling hanya semeter dua meter. Tapi kalau yang berilmu tapi tidak beriman ngapusinya sampai berhektar-hektar,” terangnya disambut tawa hadirin.

Setelah berilmu dan beriman, masih kata Kang Said, orang Islam harus memiliki hati yang halus. “Dengan akhlakul karimah (hati yang lembut,red), akan tercipta budaya saling asah-asih dan asuh, bukan gontok-gontokan,” tandasnya.

Cara jitu menjaga ketentraman Brebes, setiap malam jumat perlu dilestarikan budaya membaca sholawat, tahlil, managib, barzanji. “NU mempunyai cara jitu untuk menjaga kondusifitas berbangsa dan bernegara, yakni dengan membudayakan Tahlil, Barzanji dan Sholawatan,” pungkasnya. 

Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Ketua umum PBNU As'ad Said Ali, Sekretaris Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Drs. KH Nurul Yaqin, Suriyah PCNU Brebes KH Said Ali Basalamah dan Wakil Bupati Brebes H. Agung Widiyantoro SH MSi. (was)