Jakarta, NU.Online
Mantan penguasa Irak Saddam Hussein yang baru ditangkap menyangkal, Irak memiliki senjata pemusnah massal, seperti yang dituduhkan selama ini. Dia mengatakan itu dalam interogasi awal setelah penangkapan, seperti dikutip majalah Time.
Dengan mengutip pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) di Irak, Saddam ketika ditanya apakah pemerintahnya memiliki senjata itu, menjawab tegas, "Tidak, tentu saja tidak, AS bermimpi sendiri (tentang senjata pemusnah massal tersebut) agar punya alasan untuk masuk ke Irak dan memerangi kami."
<>Majalah berita ini menyebut sumber intelijennya membacakan transkrip hasil interogasi dengan Saddam. Disebutkan bahwa si interogator bertanya kepada Saddam: "Kalau tidak memiliki senjata pemusnah kenapa waktu itu tidak membiarkan pengawas senjata PBB masuk ke sana?"
Saddam menjawab, dia tidak mau mereka memasuki kawasan kepresidenan dan mencampuri wilayah privasinya.
Pejabat intelijen AS yang tak mau namanya disebutkan itu mengungkapkan kepada Time bahwa dalam interogasi, Saddam sangat kooperatif dan tidak menjawab langsung pertanyaan-pertanyaan awal yang diajukan.
Transkrip ini dipenuhi dengan retorika Saddam. Tatkala ditanya tentang keadaan dirinya, Saddam menuturkan: "Saya sedih karena rakyat saya diperbudak."
Baik Time maupun Newsweek melaporkan, setelah dia dibawa ke tahanan, Saddam dimasukan ke sebuah sel di bandar udara internasional Baghdad. Di tempat itu juga terdapat beberapa pejabat tinggi Irak yang ditahan guna diinterogasi.
Dalam laporannya Newsweek menyebutkan, bekas pemimpin Irak ini mengindentifikasi bahwa dirinya menyerah tanpa perlawanan. "Jangan menembak. "Saya Saddam Hussein, presiden Republik Irak," ujar Saddam, seperti dikutip dari sebuah sumber militer.
Sedih dan rasa tidak percaya memenuhi warga Palestina begitu mendengar penangkapan Saddam. Sebaliknya di Israel, yang pernah dicecar rudal Scud dalam Perang Teluk 1991, pujian selangit terhadap AS merebak.
Bagi banyak warga Palestina, bekas penguasa Irak ini adalah pahlawan yang berani menentang Israel dan sekaligus menyokong keluarga di Palestina yang anggotanya mati bunuh diri.
"Ini hari yang hitam dalam sejarah. Saya mengatakan hal itu bukan karena Saddam seorang Arab, tetapi dialah satu-satunya yang mengatakan tidak atas ketidakadilan AS di Timur Tengah, ucap Sadiq Husam (33), seorang pengemudi taksi di Ramallah, Tepi Barat. (Rtr/Sp/BBC/Cih)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
2
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
3
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
4
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
5
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
6
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
Terkini
Lihat Semua