Warta

RRC Tak Suka Sistem Politik Ekonomi Gus Dur

NU Online  ·  Rabu, 22 Desember 2010 | 08:30 WIB

Jakarta, NU Online
Mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur disebut sebagai salah satu Presiden Indonesia yang tidak disukai China. Hal itu sepertinya benar adanya. China memang tidak suka dengan sistem politik ekonomi Gus Dur.

"Kalau hubungan diplomatik baik-baik saja. Yang ada ketidaksukaan politik ekonomi. Terutama masalah perdagangan," kata mantan juru bicara Gus Dur, Adhie Masardi saat dihubungi detikcom, beberapa waktu lalu.<>

Menurut Adhie, saat menjabat, Gus Dur memang membatasi penjualan produk China di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan industri manufaktur di tanah air.

China dikenal sebagai negara yang menjual produknya ke Indonesia dengan harga yang sangat murah. Hal itu diprediksi akan berpengaruh terhadap nasib pengrajin dan pengusaha lokal.

"China sangat murah. Akan jadi masalah kalau dilepas semua," ujarnya.

Adhie menilai wajar jika China menyukai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurut Adhie, sistem perdagangan yang dilakukan dengan China terlalu terbuka. Tentu saja hal ini berimbas pada industri manufaktur di negara.

"Lihat saja sekarang industri manufaktur kita hancur-hancuran. Jadi tidak kompetitif. Wajar saja China suka dengan SBY," ungkapnya.

Adhie menjelaskan hubungan Gus Dur dengan China dalma hubungan konteks politik saat itu sangat baik. Etnis Tionghoa di Indonesia pada era Gus Dur sangat dilindungi.

"Jadi karena Gus Dur sangat melindungi etnis Tionghoa, saya yakin China sangat menghormati Gus Dur. Mungkin ketidaksukaan mereka hanya di bidang politik ekonomi saja," jelasnya.
 
Sebelumnya WikiLeaks merilis sebuah kawat rahasia dari Kedubes AS di Beijing tertanggal 5 Maret 2007 dengan kode referensi Beijing 1448. Saat itu dilakukan pertemuan antara Wakil Menlu China Cui Tiankai dan Dirjen Urusan Asia Kemlu China Hu Zhengyue, dengan pejabat Kemlu AS Eric John.

John bertanya pada Hu, bagaimana pemerintah China melihat pemerintah Indonesia yang sekarang. Hu pun menjawab kalau Beijing sendiri tidak terkesan dengan presiden-presiden yang memimpin Indonesia sejak krisis keuangan Asia di akhir 1990-an. Yang disukai Beijing adalah pemerintaah SBY sejak tahun 2004. (gus/ken/wi)