Ribuan Warga NU Peringati Haul Raden Muhammad Syarif
NU Online · Kamis, 7 Februari 2008 | 04:12 WIB
Kudus, NU Online
Ribuan warga NU desa Padurenan Kudus, Jawa Tengah, dan sekitarnya memadati halaman Masjid Asysyarif dan Komplek Makam Padurenan, Ahad (3/2) lalu. Di tempat itu, mereka mengikuti acara puncak peringatan Haul Mbah Raden Muhammad Syarif.
Kegiatan dikemas pengajian umum dengan pembicara Musytasyar PCNU Kudus KH Sya’roni Ahmadi dan Kapolres Kudus AKBP Iswandi Hari,SH. Msi., diawali dengan Tahlil dan Buka Luwur di makam Raden Muhammad Syarif yang terletak di pemakaman umum Desa Padurenan dengan dipimpin oleh para Kyai dan ulama setempat.<>p>
Dalam acara ini, tidak kurang dari 5.500 bungkus nasi dibagikan kepada jamaah yang hadir. Satu hari sebelumnya tepatnya Sabtu Pagi hingga Malam digelar Semaan dan khotmil qur’an di Masjid Asyyarif. Ikut hadir dalam acara tersebut, Mantan Rois syuriah NU Kudus KH Baqir, dan sejumlah pengurus NU dari berbagai desa lainnya.
Ketua panitia haul Kiai Aminudin Mawardi mengatakan, Mbah Syarif (panggilan untuk Raden Muhammad Syarif) merupakan ulama besar dari Madura putra dari Tumenggung Macan Wulung Yudonegoro (Bupati Sumenep).
Mbah Syarif datang ke Kudus untuk mengembangkan ajaran Islam. “ Beliau salah satu ulama cikal bakal desa Padurenan. Mbah syarif-lah yang membawa dan mengembangkan Islam di sini,” kata wakil Rois syuriah NU Ranting Padurenan itu.
Mbah Syarif, menurut Kiai Aminudin, termasuk ulama yang senang hari pasaran "Legi". Karena kalimat "legi" kalau diakronimkan tidak sekedar sebutan pasaran hari tapi mempunyai makna yang lebih mendalam yakni "Lillah Enggon Golek Ilmu," yang artinya demi Allah di sinilah tempat mencari ilmu.
"Dari sinilah peringatan haulnya selalu dilaksanakan setiap legi akhir bulan Muharram yang tahun ini jatuh pada tanggal 3 Februari kemarin,” tuturnya.
Salah satu kegiatan Mbah Syarif waktu itu yang masih bertahan di desa setempat yakni Mauludan Jawiyan yakni pembacaan barjanji menggunakan cengkok Jawa dan dalam melafalkannya saling bersahutan diantara jama’ah.
Bila didengarkan Mauludan Jawiyan sangat indah bagaikan konser orkestra berirama al barjanji.” Kegiatan mauludan sering dilaksanakan oleh masyarakat sini, mulai-anak-anak sampai orang tua mumpuni melafalkan irama jawiyan tersebut. Terutama pada bulan maulud, semua musholla dan masjid mengadakan Mauludan Jawiyan yang berasal dari Madura ini,” tambah Kyai Aminudin. (qom)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mengais Keutamaan Ibadah di Sisa bulan Muharram
2
Khutbah Jumat: Menguatkan Sisi Kemanusiaan di Bulan Muharram
3
Inalillahi, Tokoh NU, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia KH Imam Aziz Wafat
4
Khutbah Jumat: Muharram, Momentum Memperkuat Persaudaraan Sesama Muslim
5
Khutbah Jumat: Jangan Apatis! Tanggung Jawab Sosial Adalah Ibadah
6
Khutbah Jumat: Berani Keluar Dari Zona Nyaman
Terkini
Lihat Semua