Warta

Ramadhan Di Amerika

NU Online  ·  Kamis, 13 November 2003 | 13:46 WIB

Jakarta, NU.Online
Seperti juga di belahan dunia lain, Ramadhan merupakan waktu untuk beribadah, berdoa dan introspeksi diri bagi jutaan Muslim yang tinggal di Amerika Serikat. Setiap tahun di bulan suci ini, umat Muslim dari beragam latar belakang dan asal negara berkumpul bersama untuk beribadah dan merayakannya dengan cara yang sama seperti Muslim di seluruh dunia. Bagi banyak Muslim Amerika - sekitar tiga perempat yang tidak lahir di Amerika Serikat - Ramadhan memberikan kesempatan untuk saling berbagi budaya dan tradisi seperti layaknya sebuah keluarga besar.

Di berbagai komunitas di seluruh Amerika Serikat, Muslim Amerika menggunakan bulan Ramadhan untuk menginformasikan warga Non-Muslim di Amerika mengenai Islam dengan menyelenggarakan 'open house' di masjid lokal dan Islamic Center setempat. Selain itu mereka menyelenggarakan bazaar di Hari Raya Idul Fitri, ceramah umum mengenai Ramadhan dan Islam, berbuka puasa bersama bagi tuna wisma, menyumbangkan makanan dan kegiatan lainnya.

<>

Umat muslim biasanya berkumpul di Islamic Centre yang terlatak di Washington DC. Warga muslim disini umumnya imigran yang berkumpul dari seluruh dunia terutama arab dan afrika. Setiap hari biasanya sekitar 100 orang berbuka disini namun diakhir pekan jumlahnya sekitar 500 orang. Menurut warga AS yang sudah 6 th memeluk agama islam, Matt Hose yang menjadi relawan di Islamic Centre, ia berganti nama menjadi Abdul Mukhsin dan tidak merasa canggung hidup dikalangan non muslim. Biasanya selama Ramadhan sajian makanan berbuka puasa berupa santapan khas Arab dan Afrika, seperti kebab dan nasi kabuli, hidangan ini disediakan gratis yang difasilitasi oleh kedutaan arab saudi, Menurut Imam Masjid Abasse Zapr Carroma, Islamic Centre menerima dukungan dari berbagai golongan, khususnya setelah tragedi peristiwa 11 september, ungkapnya seperti dikutip VoA Indonesia.

Buka puasa di Amerika yang sering disebut Iftar, juga dilakukan oleh hampir 2000 umat muslim Indonesia yang ada di negeri paman Sam tersebut. Mereka kebanyakan bermukim di Maryland dan Virginia dan bisanya berkumpul di kantor KBRI yang ada di Washington DC. KBRI selama bulan puasa menyediakan tempat untuk berbuka puasa dan sholat taraweh berjamaah

Menurut Ahmad Helmy, ketua musholla KBRI mengatakan berpuasa di negeri orang memang memberi nuansa lain. Tak seperti di negeri sendiri, tantangan ibadah di negeri asing, lebih berat. Apalagi jika negara itu mayoritas berpenduduk nonmuslim, seperti Amerika Serikat (AS). Tantangan ini, justru menjadi semangat warga muslim di AS untuk makin meningkatkan kualitas ritual mereka, bukan saja ritual secara personal, tapi juga ritual secara sosial (kesalehan sosial).

Kedua hal ini (kesalehan pribadi dan kesalehan sosial) tampak jelas terlihat saat bulan suci Ramadhan. Di negeri yang dianggap sebagai kampiun demokrasi ini, warga muslim menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan caranya yang khas. Dari segi waktu, puasa di AS selama hampir 14 jam perhari. Beberapa tradisi yang tak ada di bulan lain, menjadi tradisi khusus masyarakat muslim di bulan Ramadhan.

Ia menambahkan, suasana solidaritas sesama muslim di bulan Ramadhan sungguh besar sekali. "Ketika ketemu sesama muslim, yang sama sekali tidak saya kenal sebelumnya, menyalami dan memeluk saya dengan penuh erat," ujarnya. Pria yang sudah 6 tahun di Amerika ini menuturkan, menjalani puasa Ramadhan di AS tak begitu sulit, khususnya dari segi peribadatan. Suara adzan misalnya, menurut Ahmad, masih sering terdengar dari masjid-masjid tertentu. Selain itu, makanan halal juga tak sulit didapatkan.

Menurutnya, saat Ramadhan banyak masjid-masjid, khususnya masjid besar, dipenuhi jamaah. Di daerah Arlington, Virginia, misalnya tempat dimana masjid Darul Hijrah berada, yang setiap malamnya bahkan dijejali kaum muslim untuk menunaikan shalat jamaah dan shalat tarawih. Selain itu di Amerika selama  bulan Ramadhan diadakan acara memperkenalkan islam yang diselenggarakan di berbagai sekolah dan universitas di seluruh Amerika Serikat, termasuk pameran di perpustakaan, berbuka puasa bersama dan kelas khusus tentang Islam.

Warga Amerika dari semua latar belakang semakin menyadari arti penting Ramadhan bagi ummat Muslim. Di berbagai komunitas, Muslim Amerika saling berbagi informasi kepada tetangga dan teman mereka. Beberapa contoh misalnya:

Berbagai komunitas, termasuk di Washington DC, stasiun televisi lokal setiap hari menyiarkan pesan-pesan Ramadhan. Berbuka puasa bersama penganut agama lain di selenggarakan di berbagai komunitas di seluruh Amerika Serikat. Di beberapa komunitas, doa bersama diselenggarakan untuk mendekatkan masyarakat Muslim dengan penganut agama lain. Sejumlah situs internet telah dibuat untuk membantu umat Muslim di seluruh Amerika menginformasikan kepada masyarakat Non-Muslim di komunitas lokal selama bulan Ramadhan. Organisasi Muslim Amerika ternama merancang acara khusus dan membagikan "Islam Resource Kits" selama Ramadhan untuk memberi informasi mengenai agama Islam, ungkap Puspita Sariwati, war