Warta

Raja Maroko Undang Said Aqil Ceramah di Maroko

NU Online  ·  Sabtu, 17 April 2010 | 05:02 WIB

Jakarta, NU Online
Raja Maroko, Muhammad VI, mengundang Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj untuk mngunjungi Maroko pada bulan Ramadhan mendatang dan menyampaikan ceramah agama di hadapan raja dan ulama-ulama dari seluruh dunia pada acara Durus Hasaniyyah dengan tema ''Pemeliharaan Agama dan Kepercayaan di Negara-negara Demokratis.”

Undangan raja Maroko via Menteri Wakaf dan Urusan Islam Maroko ini disampaikan langsung oleh Duta Besar Maroko untuk Indonesia Mr Mohammed Majdi, didampingi Sekretaris I Kedubes Mr Mostafa Nakhlaoui kepada Said Aqil di kantor PBNU, Jakarta, Jum’at (16/4) kemarin.<>

Said Aqil sendiri dalam kesempatan itu menyatakan setuju dan memenuhi undangan Raja Maroko tersebut sebagai bentuk penghormatan terhadap NU. Ia juga siap untuk menyampaikan ceramah agama di hadapan rasa Muhammad VI dan ulama ulama besar dunia yang akan hadir di acara tersebut.

Jika kegiatan itu terlaksana maka Said Aqil Siradj akan menjadi orang Indonesia pertama yang akan menyampaikan ceramah agama di hadapan Raja Maroko.

Dalam kesempatan itu Dubes Maroko menyampaikan, Maroko dan Indonesia akan meningkatkan kerjasama khusus di bidang agama agar tercipta prinsip-prinsip toleransi sesuai dengan pemikiran yang dikembangkan oleh NU.

Said Aqil didampingi Sekjen PBNU H Iqbal Sullam dan juru bicara ICIS Ahmad Ridho mengusulkan agar dibangun masjid atau sekolah atau rumah sakit di Indonesia dengan menggunakan nama Raja Muhammad As-Sadis dan Dubes Mr Mohammed Majdi menyanggupinya.

“Kami akan menyampaiakan usulan ini kepada Raja Maroko dan NU diharapkan untuk menyediakan tanah wakaf dan menyiapkan siteplane rencana tersebut,” katanya.

Dalam kesempatan itu pihak Maroko berharap ada karya ulama Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan diedarkan di negara-negara Arab sehingga menjadi khasanah muslim di negara-negara Arab dan khususnya di Maroko.

Said Aqil menyanggupi permintaan itu seraya mengingatkan bahwa karya ulama Indonesia sudah banyak yang diterbitkan dalam bahasa Arab dan telah dikaji di berbagai negara Muslim seperti Maroko. “Banyak karya ulama Indonesia yang menjadi rujukan seperti karya Syekh Nawawi Nanten, Syekh Ihsan Jampes atau Syekh Mahfudz Termas,” katanya. (nam)