Rais Syuriyah PCINU Mesir Presentasikan Karyanya di PBNU
NU Online · Rabu, 21 Oktober 2009 | 09:11 WIB
Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir Fadlolan Musyaffa Mu’ti MA mempresentasikan karyanya di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jakarta, Rabu (21/10). Karya yang dipresentasikan ditulisnya dalam bahasa Arab bertajuk As-Sholah fil Hawa' yang juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Shalat di Pesawat dan Angkasa.
Diskusi dan bedah buku diselenggarakan bersama Pimpinan Pusat Lajnah Ta’lief wan Nasyr (LTN) di ruang redaksi NU Online, lantai V gedung PBNU, dihadiri beberapa pengurus PBNU antara lain Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj, Wakil Sekretaris PBNU H Iqbal Sullam, Ketua Lembaga Pelayanan Kesehatan (LPK) NU Dr Syahrizal Syarif, dan Sterring Commite CBDRM NU Bina Suhendra.<>
Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj menyatakan bahagia atas terbitnya kitab yang ditulis oleh kader NU. Menurutnya, upaya ini adalah kelanjutan dari tradisi menulis dalam bahasa Arab yang telah dilakukan oleh para ulama pesantren.
“Sungguh bahagia ada kader kita yang bisa menulis dengan bahasa Arab yang baik, meneruskan budaya tulis yang telah dilakukan oleh ulama kita. Seperti Syeh Nawawi Banten, Syekh Khotib Sambas, dan Syeh Ihsan Jampes,” katanya.
A’wan PCINU Mesir Faqhrur Razi yang hadir dalam kesempatan itu menyampaikan, Fadlolan Musyaffa adalah salah seorang pengurus NU di Mesir yang sangat produktif menulis, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Indonesia. Sementara kitab As-Sholah fil Hawa' cukup populer di Mesir dan dipamerkan dalam setiap even pameran buku di sana.
“Kitab ini sangat berguna, tidak hanya bagi warga Timur Tengah tetapi juga di Indonesia, dan sekarang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,” katanya.
Ketua PP LTN NU Abdul Mun’im DZ menyatakan, pihaknya memang sedang berkonsentrasi menyelamatkan dan mensosialisasikan kitab-kitab karya ulama Nusantara. Kasus yang terakhir ditangani adalah pembajakan kitab Sirajut Thalibin oleh penerbit terkemuka di Lebanon, Darul Kutub Ilmiyah.
“Kami juga sedang menyisir beberapa kitab yang diterbitkan oleh penerbit Wahabi, namun dengan membuang beberapa bab yang tidak sesuai dengan ajaran mereka, seperti tentang tawashul. Kami juga berencana menerbitkan karya ulama Nusantara yang tergolong langka seperti Mauhibah dzil Fadl karya Kiai Mahfudz Termas,” katanya.
Fadlolan Musyaffa’ yang menjadi pembicara kunci diskusi dan bedah buku itu menyampaikan, buku di bidang fikih perbandingan madzab yang ditulisnya itu terinspirasi dari sebuah film tentang melelehnya kutub utara akibat pemanasan global, dan makhluq hudup tidak lagi tinggal di bumi.
“Saya berfikir bagaimana ketika kita berada di atas bumi atau hawa (angkasa) seperti di pesawat, atau di atas bumi atau di planet lain, bagaimana cara shalat kita,” katanya sembari menambahkan fikih klasik yang ada tidak cukup menjawab persoalan ini.
Menurutnya, problem utama yang dihadapi oleh orang Islam yang berada di luar angkasa adalah soal penentuan waktu shalat, cara bersuci dan menghadap kiblat.
Ditambahkan, buku yang ditulisnya hendak memberikan beberapa tawaran solusi mengenai penyelenggaraan shalat di angkasa yang dihimpun dari pendapat para imam madhzab. (nam)
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
3
Cerita Pasangan Gen Z Mantap Akhiri Lajang melalui Program Nikah Massal
4
Asap sebagai Tanda Kiamat dalam Hadits: Apakah Maksudnya Nuklir?
5
3 Pesan Penting bagi Pengamal Ratib Al-Haddad
6
Mimpi Lamaran, Menikah, dan Bercerai: Apa Artinya?
Terkini
Lihat Semua