Warta

PT. Dirgantara Korban kapitalisme Internasional

NU Online  ·  Senin, 14 Juli 2003 | 10:07 WIB

Jakarta, NU.Online
Pengamat ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU), Drs.Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, mengatakan,
PT Dirgantara Indonesia (DI) merupakan salah satu korban kapitalisme dan perdagangan global di Indonesia."Beberapa  badan  usaha  milik  negara (BUMN) lainnya sudah lebih dulu menjadi korban, seperti PT Indosat yang dijual kepada STT Singapura. Jadi, kasus PT DI bukan yang pertama dan terakhir,
saya memperkirakan nasib serupa  masih  akan  terjadi  pada industri-industri strategis lainnya," katanya, di Medan, Senin.

Sebagaimana  diketahui, direksi PT DI sesuai SKEP 0598 Tahun 2003 yang ditandatangani Dirut, Edwin Soedarmo tanggal 11 Juli 2003 memutuskan untuk merumahkan sebanyak 9.670 orang karyawannya selama enam bulan dengan alasan perusahaan itu tidak mampu membiayai operasionalnya.

<>

Menurut Ritonga, PT DI menjadi korban kapitalisme internasional dan globalisasi pasar bebas (free market), disebabkan para petinggi dan pengambil keputusan di negeri ini melihat PT DI semata-mata dari kacamata ekonomi jangka pendek.

Pada hal, lanjut dia, PT DI merupakan industri strategis
karya anak bangsa yang cukup monumental dan pernah menjadikan Indonesia termasuk negara yang disegani karena telah mampu memproduksi pesawat terbang.

Bahkan, PT DI yang sebelumnya bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) itu selama ini telah mampu menghasilkan produksi secara komersial termasuk memenuhi kebutuhan pesawat bagi angkatan bersenjata Malaysia Thailand dan Pakistan.
"Ironisnya lagi, keputusan merumahkan ribuan pekerja PT DI itu terjadi pada saat sedang heboh-hebohnya dibahas soal pembelian pesawat tempur Sukhoi melalui sistem imbal dagang dari Rusia yang dari sisi ekonomi sedang bangkrut," tandasnya.

Karena  itu, kata Ritonga, keberadaan BUMN yang bergerak di bidang industri pembuatan pesawat dan komponen pesawat terbang kebanggaan bangsa Indonesia tersebut harus dipertahankan kelangsungannya, tanpa harus melepas PT DI ke swasta  melalui  program privatisasi. (Atr/Cih)