Warta

Program Pemberdayaan Anak Jalanan

NU Online  ·  Senin, 21 Juli 2003 | 14:15 WIB

Jakarta, NU Online
Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu permasalahan yang cukup rumit dan selama ini kurang diperhatikan oleh pihak lain, termasuk pemerintah. Namun demikian, masih terdapat beberapa kepedulian terhadap mereka.

Budi dari Sanggar Warunk Udix mengatakan bahwa permasalahan sanggar anak sangat pelik. Selain masalah ekonomi, yang lebih mendasar lagi adalah permasalahan bahwa mereka cenderung menikmati kebebasan mereka saat ini, tanpa aturan sama sekali. “dan ini lebih sulit menyelesaikannya,” ungkapnya.

<>

Masalah ini harus diselesaikan secara pelan-pelan melalui satu proses yang panjang sehingga mereka dapat menjadi anak rumahan dan pemberdayaan anak jalanan tersebut harus dilakukan secara langsung, dengan memberikan contoh “Karena mereka butuh contoh, bukan omongan karena omongan cenderung bersifat prematur,” tambahnya.

Berkaitan dengan hal ini, Budi menjelaskan bahwa salah satu program yang dijalankan adalah dengan melakukan tadabbur alam di Gunung Salak. “Banyak dari mereka yang tumbuh menjadi lebih baik dengan mengikuti acara ini,” ungkapnya.
 
Selain itu Sanggar Warunk Udix juga memberikan pelatihan ketrampilan, musik, teater, dll untuk memberdayakan mereka.

Selain Sanggar Warungk Udix, sanggar lain yang aktif dalam pemberdayaan anak adalah Sanggar Anak Akar. Bekerja sama dengan Program Bimbingan Anak Sampoerna, mereka membuat program Karya Kita, Sahabat Kita, sebuah program yang dimulai sejak tahun 2001 yang merupakan sebuah kampanye jangka panjang dengan misi mensosialisasikan kesenian sebagai alat Bantu pendidikan.

Karya Kita Sahabat Kita adalah program pendidikan yang dijalankan oleh anak-anak pinggiran untuk anak-anak sekolahan. Anggota Sanggar Anak Akar yang terdiri dari anak-anak jalanan tersebut yang tampil sebagai pembimbing bagi anak-anak sekolah, yang terdiri dari siswa-siswi SD dan SMP dari 7 sekolah di Jakarta.

Melalui program ini diharapkan akan menumbuhkan rasa percaya diri bagi anak pinggiran dalam mengaktualisasikan kemampuan dirinya di masyarakat sekitarnya, dengan memberikan ketrampilan mereka dalam bentuk workshop kepada anak-anak sekolah. Diharapkan melalui program ini akan tumbuh benih persahabatan antara anak sekolah dengan anak pinggiran.

Sampai saat ini program tersebut melibatkan tujuh sekolah yang meliputi meliputi SDN 02 Cipinang Besar Selatan, SDN 12 Cipinang Besar Selatan, SDN 01 Cipinang Melayu, SDN 02 Cipinang Melayu, SDN 10 Bukit Duri, SMP Negeri 135 Pondok Bambu, SMP Santa Maria Fatima dengan program program yang meliputi Workshop Jurnalistik, Musik, Teater, Sablon, Daur Ulang, dan Topeng.

Hasil karya dari workshop tersebut ditampilkan dalam Festival Karya Kita Sahabat Kita yang ditempatkan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta dengan menampilkan berbagai karya peserta selama workshop seperti topeng, sablon, kerajinan kertas daur ulang, jurnalis, dan foto.

Festival tersebut juga dimeriahkan dengan pementasan kolaborasi dari seluruh sekolah yang terlibat dan sanggar anak akar dengan Operet Dendang Kembang di Padang di Graha Bhakti Budaya TIM pada tangal 22 Juli 2003 pukul 16.00.

Eva, salah satu pemain operet yang ditemui NU Online mengatakan bahwa ini merupakan hasil kerjasama dengan seluruh teman-temannya. “Semuanya adalah pemain utama, tidak ada yang jadi figuran dan operet ini akan menampilkan cerita tentang anak sekolah yang putus karena tidak memiliki biaya, dan seorang guru yang disukai murid tapi dipecat karena tidak cocok dengan kepala sekolahnya,” ungkap Eva.

Peserta yang ikut dalam program ini tidak hanya dibimbing untuk mencintai kesenian, tetapi lebih dalam lagi mereka diarahkan untuk bekerjasama, mengemukakan pendapatnya dan mendengarkan pendapat orang lain, berlatih disiplin, dan semangat meraih cita-cita.(mkf)