Prof Kacung Maridjan: Tepat Pendekatan JK ke Kantong NU
NU Online Ā· Senin, 8 Juni 2009 | 00:07 WIB
Muhammad Jusuf Kalla (JK), calon presiden bernomor urut 3, telah berupaya maksimal melakukan pendekatan kepada warga NU. Latar belakangnya yang kental budaya dan ideologi keagamaan NU seharusnya bisa mendukung langkahnya merebut suara dari kalangan Nadhliyyin di ajang pilpres 8 Juli nanti.
Pengamat politik Universitas Airlangga, Prof Dr Kacung Marijan MA, menyatakan, upaya JK sudah bagus dalam mendekati kantong-kantong NU di Indonesia. "Para kiai sebagian besar juga lebih dekat dengan JK. Harapannya, suara pemilih di kalangan warga NU sejalan tak berbeda dengan aspirasi politik kiainya," kata Kacung saat dihubungi, Sabtu (6/6).<>
Ajang pilpres 2009 minim kader NU. Hanya JK yang latar belakang ke-NU-annya paling kental dibanding capres lainnya. Ketua Umum Partai Golkar itu dikenal sebagai aktivis lama NU di Sulawesi Selatan. Bahkan, ayahnya, Haji Kalla, adalah pendiri NU di Sulawesi Selatan. Dengan demikian, dalam tubuh JK mengalir ideologi Islam Tradisional (NU) sejak lama. JK bukan warga NU dadakan atau kagetan.
Menghadapi pertarungan pilpres 2009 ini, JK juga telah roadshow dan bersilaturrahmi dengan banyak kiai NU di sejumlah basis ormas Islam Tradisional ini di Indonesia. JK bersilaturrahmi ke Pondok Krapyak Yogyakarta di bawah pimpinan KH Warsun Munawwir dan KH Zainal Abidin Munawwir.
JK juga datang ke Pondok API Tegalrejo, Magelang yang diasuh KH Abdurrahman Chudlori, Pondok Habib Lutfi di Pekalongan, dan Pondok KH Dimyati Rois di Kendal, Jateng. Ke semuanya merupakan pondok kiai NU yang pengaruhnya kuat di Jateng dan DI Yogyakarta.
Sejumlah kantong NU di Jatim juga telah disambangi JK. Di antaranya Pondok Langitan Widang, Tuban yang dipimpin KH Abdullah Faqih, Pondok Salafiyah Syafiiyah Asembagus Situbondo yang didirikan KH As'ad Syamsul Arifien dan sekarang dipimpin KH Fawaid As'ad Syamsul Arifien, Pondok KH Miftakhul Akhyar di Surabaya yang juga pejabat Rois Syuriah NU Jatim. "Memang, sebagian besar kiai NU di Jatim respek dengan Pak JK," kata Ketua NU Jatim, KH Mutawakkil Alallah pada satu kesempatan.
Sedang di Jabar, JK telah datang dan bersilaturrahmi ke Pondok Buntet, Cirebon. Pondok ini pernah dipimpin kiai NU yang pengaruhnya sangat kuat, yakni KH Abdullah Abbas (almarhum).
Jabar, Jateng, DI Yogyakarta, dan Jatim adalah kantong penting NU di Indonesia, selain Kalsel, Sulsel, Lampung, NTB, dan provinsi lainnya.
Kacung mengingatkan, memang sekarang warga NU relatif mulai otonom dalam menentukan pilihan politik. Tapi, itu tak berarti pengaruh kiai tak signifikan. Pelajaran penting bisa dipetik saat pilgub Jatim yang berlangsung 3 putaran. Kemenangan duet Soekarwo-Saifullah Yusuf (Gus Ipul) tak bisa dilepaskan dari barisan banyak kiai di Tapal Kuda dan Madura yang berdiri di belakang Soekarwo-Gus Ipul.
"Makanya, wajar semua calon presiden mendekati NU, termasuk Pak JK. Sebab, NU memiliki massa besar. Sebagai institusi formal, NU tak memberikan dukungan ke manapun. Dukungan diberikan secara personal oleh warga Nadhliyyin," tegas Kacung Maridjan.
Dihubungi secara terpisah, salah satu pengurus PBNU, KH Masdar Farid Mas'udi, mengatakan, NU secara institusional tak ikut campur dalam pilpres. Setiap capres berhak merebut hati warga negara Indonesia, termasuk warga NU. Apakah klaim latar belakang pribadi capres-cawapres NU akan menentukan ketertarikan pemilih, menurut Masdar, tergantung pada bagaimana capres-cawapres meyakinkan dan mendekati warga NU.
Dalam sebuah wawancara via ponsel, Ahad lalu, Dr KH Said Aqil Siradj, tokoh NU lainnya, memuji pendekatan JK dalam menyelesaikan konflik. Yang mana pendekatan yang dilakukan JK itu sedikit banyak memakai langgam dan gaya NU. "Pendekatan JK ini realistis dan cepat. Ia melihat salah satu faktor pemicu konflik adalah masalah kesenjangan ekonomi," katanya.
Said memuji sikap dan perilaku rendah hati JK yang memiliki latar belakang NU. "Akhlak seorang muslim yang baik adalah kalau berbuat sesuatu lillahita'ala. Tak menonjolkan diri dan riya' (pamrih)," tambah Kang Said, panggilan akrab Said Aqi Siradj.
Karena itu, Said Aqil menegaskan, duet JK-Wiranto sangat cocok memimpin Indonesia yang rawan dihantam konflik sosial. Ke depan, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia sangat besar. "Masyarakat miskin, pengangguran banyak, sementara dari sisi eksternal ada globalisasi," kata Said Aqil. (beritajatim.com/mad)
Terpopuler
1
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
2
Operasional Haji 2025 Resmi Ditutup, 3 Jamaah Dilaporkan Hilang dan 447 Meninggal
3
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
4
PBNU Terima Audiensi GAMKI, Bahas Isu Intoleransi hingga Konsensus Kebangsaan
5
Kisah Di Balik Turunnya Ayat Al-Qur'an tentang Tuduhan Zina
6
Kick Off Jalantara, Rais Aam PBNU Pimpin Pembacaan Kitab Karya Syekh Abdul Hamid Kudus
Terkini
Lihat Semua