Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) punya cara sendiri untuk merayakan Hari Kemerdekaan ke-64 RI. Partai berbasis massa pendukung warga Nahdlatul Ulama (NU) itu menggelar pertunjukan Wayang semalam suntuk.
Wayangan dengan lakon āTurunnya Wahyu Bibit Ratuā dan dalang Ki Pandu Putro itu digelar di halaman Kantor Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU, Jalan Taman Amir Hamzah, Jakarta, Senin (17/8) malam.<>
Turut hadir menyaksikan pertunjukan itu sejumlah petinggi PKB, antara lain, Muhaimin Iskandar (Ketua Umum), Lukman Edy (Sekretaris Jenderal), Effendy Choirie (Ketua), dan Andy Muawiyah Ramli (Sekretaris Dewan Syura).
Tampak pula, Ketua Pengurus Besar NU, KH Said Aqil Siroj; Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan, Arief Mudatsir Mandan, dan Ketua Pengurus Pusat LKKNU, Otong Abdurrahman, serta ratusan warga setempat.
Menurut Muhaimin, kesenian Wayang yang merupakan budaya asli bangsa Indonesia perlahan mulai ditinggalkan dan tak lagi banyak diminati masyarakat. Padahal, Wayang memiliki banyak pesan-pesan moral yang patut diteladani.
Wayang, menurut Muhaimin, merupakan kesenian yang berbeda dengan budaya pop lainnya. PKB, katanya, memiliki komitmen untuk menjaga dan melestarikan budaya bangsa itu. āDi tengah arus konsolidasi demokrasi yang makin mapan ini, PKB akan terus mengawal budaya bangsa yang adiluhung," paparnya.
Muhaimin menambahkan, pertunjukan Wayang dengan lakon āTurunnya Wahyu Bibit Ratuā itu erat kaitannya dengan situasi terkini politik di Tanah Air yang baru saja menggelar Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden secara demokratis. Indonesia, katanya, merupakan salah satu negara demokrasi terbesar di dunia.
Ia berharap, presiden terpilih nanti dapat benar-benar menjalankan amanat rakyat untuk menyelesaikan berbagai masalah bangsa dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Hal senada diungkapkan KH Said Aqil Siroj. Islam sangat menghargai kesenian. Bahkan, katanya, Islam di Indonesia lebih banyak disebarkan melalui media kesenian. Sunan Kalijaga merupakan salah satu ulama yang berjasa dalam penyebaran Islam di Nusantara melalui sarana Wayang.
Sunan Kalijaga memodifikasi Wayang menjadi lebih bernapaskan Islam. Salah satu contohnya, disebutkan Kang Saidāpanggilan akrabnyaāadalah diubahnya karakter tokoh Pandawa Lima, yang semula penganut poliandri menjadi poligami. (rif)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata
2
Khutbah Jumat: Menjadikan Aktivitas Bekerja sebagai Ibadah kepada Allah
3
Khutbah Jumat: Menjaga Kerukunan dan Kerja Sama Demi Kemajuan Bangsa
4
Khutbah Jumat: Dalam Sunyi dan Sepi, Allah Tetap Bersama Kita
5
Redaktur NU Online Sampaikan Peran Strategis Media Bangun Citra Positif Lembaga Filantropi
6
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu Tetap Gelar Aksi, Tuntut Mundur Bupati Sudewo
Terkini
Lihat Semua