Warta

Pimpinan Besar HDH Bantah Semua Tuduhan Sesat

NU Online  ·  Senin, 5 November 2007 | 03:23 WIB

Cirebon, NU Online
Pimpinan Besar komunitas Hidup Dibalik Hidup (HDH), Mudjoni Abdullah akhirnya dating juga memenuhi panggilan Polres Cirebon dan MUI Kabupaten Cirebon. Pria warga Perumahan Bekasi Baru, Kecamatan Pengasinan, Kota Bekasi, kemarin nampak mendatangi Kantor MUI Kabupaten Cirebon di Sumber sekitar pukul 14.15 bersama sejumlah anggota komunitas yang diduga sesat tersebut.

Mereka diterima Ketua MUI KH Jafar Shodiq Aqil Siraj, Sekretaris Umum MUI Dr Yayat Hidayat, Ketua Bidang Fatwa KH Bachruddin Yusuf, Ketua Bidang Hukum Drs KH MukhlisinMuzari MA, dan Kakandepag Drs Ilih Permana. Tampak pula jajaran kepolisian dari Polres Sumber.

<>

Kepada Mudjoni MUI meminta penjelasan berkaitan dengan keterangan dua anggotanya di Cirebon, yakni Rohasan dan Amin kepada MUI dan) Polres Cirebon tentang ajaran-ajarannya itu. Mudjoni tidak langsung menjawab, dalam beberapa saat dia diam. Sikapnya tersebut sempat membuat suasana di kantor MUI tegang. Dan akhirnya Mudjoni mengungkapkan bahwa salah satu pimpinan HDH Kusnandar tidak pernah mendapatkan wahyu dan tidak pernah melakukan perjalanan Mikraj.

"Hanyalah Nabi Muhammad SAW yang menerima wahyu dan Mikraj itu," tegas Mudjoni. Namun, Mudjoni mengaku kalau ada pesan dari Kusnandar yang menyatakan bahwa hidup lebih baik berteman dengan satu malaikat daripada berteman dengan 100 setan. MUI pun meminta penjelasan tentang pesan itu, namun lagi-lagi Mudjoni diam dan mengaku tidak bisa menjelaskan apa maksud dari pesan itu.

Mudjoni kembali menyatakan, ajaran yang disampaikan muridnya Rohasan dan Amin bisa jadi merupakan suatu kekurangan dari sifat manusia itu sendiri. "Bahwa ketika kita memberikan pesan dan ajaran dari satu orang ke orang lain dan seterusnya, akan berbeda penyampaiannya (kurang tepat, red)," ucapnya.

Ketua MUI KH Jafar Shodiq Aqil Siraj mengatakan, jawaban dari Mudjoni tidak sesuai dengan yang diharapkan. "Jawabannya banyak berbelit-belit," ungkapnya.

Tapi dari jawaban tersebut pihaknya mengaku telah cukup untuk melakukan pengkajian, disesuaikan dengan bukti berupa tiga buku karya Mudjoni yang berjudul; Menjelajah Dimensi Ruang Alam Fana dan Baka, Eksistensi Allah, Percakapan Ali dan Kusnan tentang Pengetahuan dan Perjalanan Hidup serta Penjelajahan ke Alam Bazrah dan Negeri Akhirat yang disusun di Jakarta pada 17 Juni 2003.

"MUI akan pelajari ajaran yang disampaikan, baik dari Mudjoni maupun ketiga buku yang ditemukan, termasuk catatan buku Mudjoni, beri kami waktu untuk membuat keputusan mengenai ajaran komunitas HDH ini," ujarnya.(ksd)