Warta

Petani Diminta Tak Tergantung Pupuk Kimia

NU Online  ·  Rabu, 13 Februari 2008 | 02:51 WIB

Rejang Lebong, NU Online
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Rejang Lebong Ir Rosihan YT mengingatkan para petani di daerahnya agar jangan terlalu tergantung dengan pupuk kimia untuk tanamannya dan mulai membiasakan menggunakan pupuk kandang.

Akibat ketergantungan itu, ketika pupuk langka dan mahal, selain rugi karena harga produksi pertaniannya murah, petani juga tak bisa menggarap lahannya, katanya ketika ditemui di Curup, ibukota Rejang Lebong, Bengkulu, Rabu (13/2).<>

Menurut Rosihan, untuk mengantisipasi timbulnya kerugian di pihak petani, pihaknya melalui petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) secara berangsur telah melakukan pembinaan kepada para petani untuk membiasakan diri menggunakan pupuk kandang.

"Selain murah dan aman, pupuk kandang mudah didapat. Petani juga tetap aman jika terjadi kelangkaan pupuk kimia," ujarnya.

Menanggapi adanya keluhan petani sayur di daerahnya yang membiarkan tanamannya membusuk karena mahal dan langka pupuk, ia mengakui telah terjadi keterlambatan pasokan, bukan hanya di Rejang Lebong tapi juga di daerah lain.

Persedian pupuk tidak berkurang, hanya saja belakangan ini pasokannya sering terlambat, dan harganya tidak mengalami kenaikan. Kalau ternyata saat ini harga pupuk mahal hingga Rp70 ribu sampai Rp80 ribu/zak, disinyalir ada permainan.

"Kita akan turun ke lapangan untuk mengecek, mengapa harga pupuk sampai mahal," ujarnya sepertidilansir sumber Antara.

Sementara itu, Ahmad Iriansyah, distributor pupuk di Rejang Lebong mengatakan, terlambatnya pasokan pupuk di daerahnya dikarenakan terjadinya pendangkalan alur masuk pelabuhan di Bengkulu.

Kapal pembawa pupuk seringkali tidak bisa merapat ke dermaga karena terkendala dangkalnya alur masuk, namun harga pupuk tidak mengalami perubahan.

Harga pupuk subsidi dijual ke pengecer resmi Rp59 ribu/sak termasuk biaya transpor, bila ada yang menjual dengan harga lebih kemungkinan bukan di tingkat pengecer resmi katanya dan mengaku setiap bulan mampu menjual pupuk mencapai 40-60 ton.

Sebelumnya, Sudarso (60), petani warga Desa Sambirejo, mengeluhkan terjadinya kelangkaan pupuk dan terpaksa membeli pupuk kepada pengecer dengan harga cukup tinggi.

"Saya membeli pupuk Urea seharga Rp70 ribu sampai Rp80 ribu/zak, sedangkan jika beli sedikit-sedikit harganya Rp5 ribu/8 Kg," katanya. (dar)