Warta

Pesantren Tak Perlu Panik Hadapi Flu Babi

NU Online  ·  Jumat, 7 Agustus 2009 | 11:57 WIB

Jakarta, NU Online
Kalangan pesantren tidak perlu panik jika tiba-tiba banyak santrinya yang terkena flu, apalagi sampai memanggil wartawan untuk melaporkan kondisi ini kepada masyarakat.

Demikian dikatakan oleh Wakil Ketua Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama (LPKNU) Dr Wan Nedra Komaruddin SpA dalam sosialisasi flu babi terhadap kalangan pesantren bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi di Jakarta, Jum’at (7/8).<>

Pernyataan yang sama ditegaskan oleh Dr Hj Riyani Wikaningrum DMM MSc, dosen mikrobiologi di FK Yarsi. “Flu ini mudah menular, tetapi dengan angka kematian rendah,” katanya.

Ia menjelaskan, sejak tahun 1900, sudah terjadi berbagai kasus fu di dunia yang sebagian menewaskan jutaan manusia. Flu paling ganas adalah flu Spanyol yang mewabah pada tahun 1918-1919 dengan korban sekitar 50 juta jiwa. Diperkirakan di Indonesia sendiri terdapat korban sebesar 1.5 juta.

Pada tahun 1951-1952, terjadi wabah Asian flu yang menimbulkan korban sebanyak 2 juta orang. Dan terakhir yang menelan korban cukup banyak adalah Hongkong Flu pada tahun 1968-1969 dengan jumlah korban 07-1 juta jiwa.

Sebenarnya flu babi sudah ditemukan sejak tahun 1930-an, tetapi karena sudah lama tak beredar, maka manusia tidak memiliki ketahanan untuk menghadapinya.

Dijelaskannya, tingkat kematian penderita flu babi sangat rendah, hanya 0.4 persen. Ini berbeda dengan flu burung yang sangat berbahaya karena tingkat kematian penderitanya mencapai 90 persen, atau artinya 9 dari 10 penderita akan meninggal.

“Yang paling dikhawatirkan adalah terbentuknya strain baru gabungan dari flu babi dan flu burung,” jelasnya.

Berdasarkan data sampai 4 Agustus, flu ini sudah menyebar ke seluruh kawasan dunia di 154 negara dengan jumlah penderita  165.688dengan korban meninggal 1321 orang. Untuk Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan sampai 5 Agustus, flu ini sudah menyebar di 26 propinsi dengan penderita 662 dan 3 orang meninggal.

“Tetapi sebenarnya yang meninggal ini sudah memiliki penyakit lain yang diderita,” tandasnya.

Flu yang pertama kali menyerang di Meksiko ini sebenarnya bukan berasal dari strain flu babi klasik, artinya bukan penularan dari babi karena asalnya dari manusia sendiri. Seperti flu biasa lainnya, gejala yang dialami adalah demam, batuk, pilek, lebih, lesu, sesak nafas dan mungkin disertai dengan mual, muntah dan diare.

Penularan bisa tejadi melalui bersin, kontak langsung dengan penderita kurang dari 1 meter dan penularan secara tidak langsung.

“Yang penting kita tenang, fahami dan tanggap,” jelasnya.

Langkah-langkah pencegahan yang harus dilakukan adalah cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, tutup mulut jika bersih serta istirahat jika terkena flu. “Yang sakit harus tahu diri, tidak perlu datang ke kantor atau bekerja di luar,” imbuhnya.

Untuk lingkungan pesantren, yang paling penting adalah menjaga kebersihan lingkungan dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Sosialisasi ini diikuti perwakilan dari 11 pesantren yang ada di Jakarta dan sekitarnya, kecuali pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta. Masing-masing pesantren mengirimkan lima orang delegasi. (mkf)