Warta

Penjualan Tanker Pertamina Tidak Transparan

NU Online  ·  Kamis, 1 Juli 2004 | 16:41 WIB

Jakarta, NU Online
Meningkatnya praktik korupsi  telah membuat masyarakat kelelahan. Bagaikan memasuki gang buntu, pada akhirnya berbagai pihak yang berniat membongkarnya tak mampu berbuat apa-apa.  Namun untuk mengurangi semaksimal mungkin penderitaan rakyat akibat tindak pidana korupsi, diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk tidak menyerah dalam melawan korupsi.

Demikian kesimpulan diskusi yang diselenggarakan Forum Muda, Kamis (1/7). Diskusi yang bertempat di Gedung Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM) itu mengangkat tema "Membongkar Kejahatan Penjualan Aset Negara". Di antara pembicara yang hadir antara lain, Revrisond Baswir dan Dita Indahsari.

<>

Menurut ahli ekonomi dari Indonesia Bangkit Revrisond Baswir, meskipun korupsi itu nyata ada, tetapi untuk membuktikannya bukan hal yang mudah. "Jadi jangan heran kalau tiba-tiba pelaku korupsi bisa bebas begitu saja,"kata Revrisond Baswir yang juga staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

Karena peliknya pengusutan korupsi,  pelapornya bisa kelelahan sendiri, bahkan tak jarang pelapor bisa menjadi tersangka,"kata ahli ekonomi yang akrab dipanggil dengan  sebutan Sony ini.

Menurut Sony, meskipun penjualan tanker raksasa yang dipesan Pertamina dari perusahaan produsen kapal tanker di Korea Selatan menunjukkan kuatnya tendensi korupsi, namun  komisaris maupun direksinya mengelak, mereka mengatakan penjualan itu semata-mata untuk mencegah berlanjutnya krisis keuangan di perusahaan minyak itu. 
"Memang tidak mudah menjelaskan apakah di balik penjualan tanker raksasa milik Pertamina terjadi korupsi atau bukan? Bagaimana penjelasan matematikanya? Pertama yang perlu dijelaskan adalah soal urutan korupsi Indonesia di antara negara-negara di dunia. Kita ini kan negara paling korup nomor enam di dunia,  dan nomor dua di antara negara-negara paling korup di Asia,"papar Sony.

Sony juga menambahkan, dari peringkat korupsi yang begitu parah, baik di dunia maupun di antara negara-negara Asia sendiri, apalagi dari proses pengambilan keputusan untuk penjualannya tidak mengindahkan prinsip transparansi, tentu semakin  memperkuat dugaan masyarakat tentang adanya korupsi di balik penjualan kapal tanker itu.

Lebih lanjut, Sony mengungkapkan,"Indikasi terjadinya korupsi itu semakin kuat dengan ditunjuknya Goldman Sachs sebagai penasehat keuangan penjualan tanker Pertamina, karena ia memiliki saham di Frontline Ltd yang menjadi pemenang tender pembelian tanker raksasa dengan harga 184 juta dollar. Kalau Pertamina transparan dalam tender penjualan tanker, seharusnya dia tidak menunjuk penasehat keuangan yang juga menjadi salah satu pemilik perusahaan yang mengikuti tender, "kata Sony menjelaskan adanya benturan kepentingan dalam proses penjualan tanker Pertamina.

Sony juga merunut alasan direktur utama Pertamina sebelum Ariffi Nawawi-Baihaki Hakim-membeli tanker raksasa lambung ganda (double  hull), tujuan Pertamina membeli tanker pada waktu itu, tidak lain, karena kapal tanker sangat penting dalam mendukung kemajuan perniagaan Pertamina sektor hilir. Dengan membeli tanker itu, praktis Baihaki berusaha menghentikan ketergantungan Pertamina selama ini pada perusahaan penyewaan tanker yang sudah menjadi semacam kartel. Dengan cara ini, pemborosan dari pos pengeluaran Pertamina bisa ditekan.

Sebaliknya, kata Sony melanjutkan, dengan dijualnya tanker pesanan Pertamina kepada Frontline, berarti direksi sekarang membawa Pertamina kepada kemunduran, karena tidak mungkin Frontline membeli hanya untuk keuntungan sesaat, meskipun harga tanker lambung ganda saat ini bukan 184 juta dollar, karena pasarannya sudah 220 juta dollar. Keuntungan 36 juta dollar bukan tujuan utama dari Frontline.  Jadi, menurut Sony,  dengan pembelian itu besar kemungkinan Frontline minta komitmen Pertamina untuk memberikan tonase (jasa pengangkutan untuk mengimpor atau ekspor minyak)-nya kepada tanker yang akan dibelinya waktu itu. "Ujung-ujungnya rakyat yang dirugikan, akibat pemborosan itu"tambah Sony.

"Dengan demikian, apakah benar telah terjadi korupsi atau tidak di balik penjualan tanker itu? Kita semua sudah bisa menilainya sendiri, "kata Sony seraya mengingatkan bahwa dalam banyak kasus pengusutan korupsi justeru menjadi ajang korupsi.(Dul).