Warta

Pendidikan Islam Harus Berwawasan Lingkungan Hidup

NU Online  ·  Jumat, 11 Desember 2009 | 02:44 WIB

Surabaya, NU Online
Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Departemen Agama, Prof Dr Muhammad Ali mengatakan, dewasa ini makin dibutuhkan lulusan perguruan tinggi dan institusi pendidikan agama lainnya seperti madrasah dan pondok pesantren (Pontren) memiliki wawasan lingkungan hidup.

Para sarjana Islam, termasuk santri harus punya komitmen terhadap kelesatarian lingkungan hidup dan hal itu sebetulnya sejalan dengan ajaran Islam yang memperhatikan dan menerapkan hidup dalam keseimbangan, kata Muhammad Ali di Surabaya, Kamis (10/12).<>

Sebelumnya Dirjen Pendis itu menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan salah satu Deputi Kementrian Lingkungan Hidup, Hendri Bastaman tentang upaya menciptakan dan mendorong ingkungan kampus hijau dari seluruh Perguruan Tinggi Agama Islam di Kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Menurut Ali, jauh sebelumnya antara Depag dan Kementrian Lingkungan Hidup sudah ada bentuk kerja sama dalam upaya pelestarian lingkungan di kalangan sejumlah pondok pesantren di tanah air. Namun belum memiliki "payung hukum", sehingga di masa datang diperlukan adanya satu bentuk kerja sama antara Menteri Agama dan Menteri Lingkungan Hidup. "Bentuk kerja sama ini nanti akan dirumuskan kemudian," ia menjelaskan.

Ia menjelaskan pula, selain itu juga akan ditindaklanjuti bentuk kerja sama yang dapat direalisasikan di lapangan. Kerja sama dalam bentuk nyata dan mudah dilakukan seperti kebersihan pendok pesantren dengan mengajar para santrinya mengubah sampah setempat menjadi pupuk kompos.

Atau bentuk pelestarian lingkungan hidup, misal dengan program satu santri menanam dua pohon. Bisa pula dikembangan para santri mengembangkan teknologi ramah lingkungan untuk kegiatan pertanian. Semua itu bisa dilakukan senyatanya jika sudah ada payung hukumnya, kata Dirjen Pendis.

Disebutkan pula, untuk mendukung seluruh rangkaian program kerja sama antara Kementrian Lingkungan Hidup dan Depag perlu dibentuk kelompok jaringan kerja sama di antara kedua belah pihak. Kelompok kerja sama ini nanti harus merumuskan bidang apa saja yang cocok dikembangkan di lingkungan atau lembaga pendidikan Islam di seluruh Indonesia. "Hal ini masih kota matangkan," kata Ali menjelaskan.

Ia optimis bahwa program kerja sama tersebut dapat membuahkan hasil. Tentunya, jika program yang ditawarkan sesuai dengan kondisi santri atau siswa dari lembaga pendidikan Islam. Jadi, yang dibutukan adalah aksi nyata bukan retorika belaka.

Sementara itu Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Noor Syam MSi menjelaskan bahwa pihaknya sangat mendapat dukungan dengan adanya program kerja kampus berwawasan lingkungan hidup dan kawasan hijau.

Perguruan Tinggi Islam harus menjadi pionir dalam kegiatan ini. Ia merasa yakin bahwa gagasan ini akan mendapat sambutan positif masyarakat karena persoalan lingkungan hidup sudah menjadi tanggung jawab semua pihak. (sam)