Pendidikan Islam di Indonesia harus belajar dari pesantren. Selain pesantren telah terbukti berratus-ratus tahun menyiapkan para kader ulama dan cendekiawan muslim, pesantren juga tidak pernah mengajarkan radikalisme yang justru memperpuruk citra Islam.
Demikian disampaikan oleh DR H Affandi Mochtar MA, pejabat Depag RI yang juga wakil sekjen PBNU.<>
Pendidikan Islam di Indonesia sekarang ini, katanya, tidak seperti masa lalu. Jika pada masa lalu pendidikan Islam masih out of the ring, di luar sistem, maka sekarang pendidikan Islam sudah masuk dalam sistem, sudah termasuk dalam program pembangunan negeri ini.
Dalam acara penutupan workshop perpustakaan yang diselengarakan Dikti Depag RI, Ahad (16/5) lalu di Hotel Syahid Yogyakarta Affandi Mochtar menjelaskan panjang lebar mengenai peta pendidikan Islam Indonesia di era kontemporer. Menurutnya, pendidikan Islam bisa dipetakan menjadi tiga ranah besar.
Pertama, pendidikan Islam di sekolah dan perguruan tinggi umum. Ini sesungguhnya bukan wilayah pendidikan agama yang berada di bawah naungan atau kementrian agama. Pada ranah ini ada beberapa persoalan.
“Di antaranya ada yang menengarai bahwa pendidikan agama yang diselenggarakan oleh sekolah umum dan perguruan tinggi umum memiliki sumbangan bagi munculnya radikalisme agama dan kekerasan atas nama agama. Saya tidak tahu bagaimana tingkat kebenaran anggapan tersebut,” katanya.
Menurutnya, anggapan itu ada. Karena soal itu dan soal-soal lainnya maka pendidikan Islam di umum juga menjadi wilayah tanggungjawab kementrian agama.
Kedua, pendidikan Islam di madrasah. Ketiga, pendidikan Islam melalui Sekolah Diniyah dan Pesantren.
“Dari ketiga ranah tadi, nampaknya ada kontestasi antara perguruan tinggi agama Islam dengan pendidikan pesantren. Misalnya saja, pada kasus bahtsul masail, masyarakat masih percaya dalam hal ini, pada lulusan pesantren-pesantren tradisional, dari pada lulusan perguruan tinggi Islam, apalagi umum. Dalam hal ini lulusan perguruan tinggi Islam masih dipertanyakan kapasitasnya,” tambahnya.
Selain Affandi Mochtar, narasumber lain yang hadir pada acara ini adalah Prof DR KH Machasin MA, pejabat Depag RI yang juga Rais Syuriyah PBNU dan utusan dari berbagai perpustakaan PTAI se-Indonesia, baik negeri maupun swasta. (ali)
Terpopuler
1
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
2
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
3
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
4
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
5
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
6
Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah
Terkini
Lihat Semua