Jakarta, NU Online
“Pemilihan langsung menguntungkan mereka yang memiliki massa banyak. Hal ini memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal secara sangat cepat,” Ungkap Slamet Efendi Yusuf, Mantan Ketua Umum Ansor yang saat ini menjadi anggot DPR dari fraksi Partai Golkar dalam diskusi “Pemilihan Presiden Secara Langsung 2004 dan Konsolidasi Warga NU” di Gedung Ansor (17/07)
Slamet Effendi menambahkan bahwa hal ini sangat menguntungkan organisasi yang memiliki massa besar seperti NU dan Muhammadiyah. Jika massa mereka memiliki suara yang bulat, akan memungkinkan calon dari kelompok mereka menjadi presiden.
<>Undang-Undang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang baru disahkan menetapkan bahwa presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Namun demikian UU ini juga sarat dengan kelemahan mendasar. Banyak kritikan dari berbagai pihak atas berbagai criteria yang tak layak sebagai calon presiden, sebagai misal, seorang terdakwa boleh menjadi calon presiden.
Menanggapi hal ini Slamet Efendi berpendapat bahwa UU tersebut merupakan hasil kompromi politik dari berbagai partai politik besar karena secara kebetulan para calon presiden dari berbagai partai politik besar masing-masing memiliki kelemahan, ada yang jadi terdakwa, ada yang pendidikannya SMA, dan ada pula yang kesehatannya diragukan sehingga memaksa mereka melakukan kompromi politik antar partai.
Namun demikian, dari rendahnya kriteria calon presiden tersebut pada akhirnya rakyatlah yang akan menentukan, siapakah yang nanti paling layak duduk di RI 1, apakah seorang lulusan SMA atau mungkin seorang Doktor.
Tetapi pemilihan presiden langsung ini sudah merupakan satu kemajuan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia karena saat ini rakyat dilibatkan dalam proses pemilihan pemimpin mereka,dan ini adalah suatu proses inovasi politik yang cerdik.
Slamet Efendi berpendapat bahwa saat ini pertimbangan-pertimbangan tradisional seperti komunitas, aliran, atau subkultur masih jadi pertimbangan dalam pembuatan keputusan politik, namun sebatas sebagai modal, yang penting adalah mesin politik yang dimiliki partai tersebut berupa perangkat partai yang mampu menjangkau sampai ke tingkat paling bawah.
“Siapa yang Ngak kenal Gus Dur di Indonesia, tapi PKB saat ini dapat dikategorikan sebagai partai nasional yang bersifat lokal karena sebagian besar pemilihnya hanya mencakup Jawa Timur dan Jawa Tengah karena perangkat partai yang dimiliki hanya terfokus pada daerah-daerah tersebut,” tegasnya.
Acara diskusi bulanan tersebut dihadir oleh berbagai politisi yang berasal dari NU, selain Slamet Efendi Yusuf, hadir juga Saifullah Yusuf, Andi M. Ramly, Yahya C. Staquf, Chotibul Umam Wiranu, dan beberapa politisi muda lainnya. (mkf)
Terpopuler
1
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
2
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
5
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
Terkini
Lihat Semua