Warta

Pembangunan Pendidikan Jangan Terabaikan

NU Online  ·  Kamis, 24 September 2009 | 03:34 WIB

Jakarta, NU Online
Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama Prof Dr Mohammad Ali mengingatkan pembangunan bidang pendidikan jangan terabaikan agar tekad menjadikan bangsa Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur dapat dicapai.

"Pembangunan nasional berkelanjutan membutuhkan sumber daya manusia berkualitas secara memadai," kata Mohammad Ali baru-baru ini di Jakarta.<>

Guru besar Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, yang meraih doktor dari IPB menyatakan ketentuan perundangan bidang pendidikan sudah cukup.

"Saat ini kondisinya menantang segera diimplementasikan secara komprehensif dan akurat," kata pendidik yang pernah meraih gelar master dari IKIP Bandung dan Universitas Pittsburgh Amerika Serikat.

Mohammad Ali menyampaikan pandangan itu terkait rencana bedah buku karyanya yang berjudul "Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional" dalam waktu dekat ini. Pendidikan nasional, menurut Ali, harus berorientasi kepada pembangunan nasional.

Program pendidikan diarahkan kepada perwujudan masyarakat Indonesia yang beriman kepada Tuhan dan berakhlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki kecerdasan intelektual, sosial dan spiritual, memiliki kecakapan hidup, berbudaya dan berkepribadian Indonesia, katanya.

"Kesempatan memperoleh pendidikan berkualitas harus sungguh-sungguh merata dan dikelola secara efektif, produktif, afisien, akuntabel dan transparan," katanya.

Sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan pendidikan nasional yang berkualitas, kata Ali, antara lain kualitas guru dan dosen, fasilitas belajar yang cukup dan sesuai standar, relevansi kurikulum, dan kualitas perguruan tinggi yang masih belum memuaskan.

Ali memaparkan saat ini baru terdapat 40 persen guru yang disertifikasi, tiga persen anak SD/MI dan tujuh persen anak SMP/MTs yang belum tertampung di bangku pendidikan (unreachable).

Selain itu masih lebih dari lima persen siswa yang tidak lulus ujian akhir nasional, 13 persen ruang kelas SD dan SMP dalam kondisi rusak, dan baru 70 persen SMA yang memiliki perpustakaan."Kondisi ini harus segera ditangani dengan baik," katanya.

Ia juga menyoroti materi yang dipelajari di sekolah banyak yang kurang relevan dengan bidang-bidang pekerjaan yang tersedia sehingga meningkatkan pengangguran.

"Jalan keluarnya antara lain mengintensifkan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup, kewirausahaan," ujar pria kelahiran Cirebon tahun 1953 yang pernah menjabat Dekan Fakultas Pendidikan Universitas Indonesia itu.

Peraih penghargaan dari Yayasan Sumitomo Jepang itu optimistis program pendidikan dapat dijalankan dengan baik. (ant/mad)