Warta

Pecinta Gus Dur Deklarasi Gerdu Surabaya

NU Online  ·  Rabu, 18 Mei 2011 | 02:32 WIB

Surabaya, NU Online
Satu tahun lebih sudah Gus Dur meninggalkan seluruh rakyat Indonesia. Meski demikian, ajaran dan spirit perjuangannya tetap membatin di hati seluruh rakyat. Rasa cinta rakyat terhadap Guru Bangsa itu pun ditunjukkan dalam bentuk beragam ekspresi. Satu di antaranya dengan cara menampung para pecinta Gus Dur dalam satu wadah komunitas.

Di Surabaya, sejumlah pecinta Gus Dur melebur diri dalam satu payung gerakan kultural bernama Gerakan Gusdurian (Gerdu). Gerakan yang disokong Gusdurian dari beragam elemen dan unsur ini dideklarasikan, Selasa (17/5) pagi di aula Universitas Merdeka (Unmer) Surabaya. <>

Hadir mewakili keluarga Gus Dur pada acara tersebut, Alissa Wahid. Selain itu, hadir pula intelektual muslim sekaligus sahabat Gus Dur, Muslim Abdurrahman, dan mantan asisten Gus Dur yang juga budayawan NU, Zastrow al-Ngatawi.

Yang mendeklarasikan Gerdu Surabaya ini terdiri dari empat elemen yakni, Gerdu Mahasiswa, Gerdu Pemuda, Gerdu Lansia, dan Gerdu Kampung.

Koordinator Gerdu Surabaya, KH Abdullah Tawwab, menyatakan, pihaknya bertekad melestarikan dan menyebarluaskan nilai-nilai ajaran Gus Dur dalam konteks pribadi, perjuangan, maupun pengembangan masyarakat.

Dalam sambutannya, Alissa Wahid, menyatakan kebanggaannya terhadap ayahandanya karena masih banyak Gusdurian yang peduli dan bertekad merawat nilai-nilai keluhuran yang diajarkan Gus Dur.

“Gus Dur adalah manusia yang memiliki keteladanan karakter,” tandas Alissa. Keteladanan karakter ini, kata putrid sulung Gus Dur itu, sulit dirawat apabila tanpa adanya tekad yang kuat dari para penerusnya. Dia juga mengingatkan ajaran Gus Dur tentang perbedaan. “Gus Dur mengajarkan, yang beda jangan disama-samakan, dan yang sama jangan dibeda-bedakan,” tandasnya.

Menurut Alissa, gerakan Gusdurian ini searah dengan misinya selaku bagian dari anggota keluarga besar Ciganjur dalam merawat ajaran, teladan, prinsip hidup, dan cara pandang Gus Dur bersama-sama masyarakat.

Alissa menambahkan, warisan Gus Dur tidak bisa diukur dari segi nilai materi. Menurutnya, apa yang diajarkan Gus Dur jauh lebih dari itu. Dia berharap, nilai-nilai yang diajarkan Gus Dur ini mudah-mudahan terawat dengan gerakan kultural yang dibangun oleh para pecinta Gus Dur, termasuk oleh Gerdu Surabaya.

Dia menjamin, gerakan Gusdurian seperti Gerdu Surabaya tidak terjamah oleh kepentingan-kepentingan politis. “Ini gerakan kultural untuk merawat dan meneruskan ajaran Gus Dur. Anda lihat sendiri, tidak ada politisi yang hadir di acara ini,” sergahnya.

Sementara itu, Muslim Abdurrahman, memaparkan tentang sosok Gus Dur yang menurutnya egaliter dan tidak memilih-milih dalam bergaul. “Sejauh saya bergaul dengan Gus Dur, beliau adalah sosok yang egaliter. Dia tidak memilih dengan siapa dia berbicara,” papar intelektual muslim itu.

Redaktur: Mukafi Niam
Kontributor; Abdul Hady JM