Warta

PCNU Majalengka adakan Halal Bihalal

NU Online  ·  Selasa, 13 September 2011 | 10:02 WIB

Majalengka, NU Online
Acara halal bihalal dan istighotsah rutin bulanan yang digelar PCNU Majalengka di kantor PCNU Majalengka Jl. Pangeran Muhammad Cikalong Sukahaji Majalengka pada Senin malam diisi tausiyah oleh Kapala Kandepag Majalengka Drs Athoilah, MAg.

Hadir pada kesempatan tersebut, Pengurus NU, Banom, Lembaga dan Lajnah dari tingkat Kabupaten sampai tingkat Ranting, para kiai, tokoh masyarakat dan ratusan warga Nahdliyyin se-Kabupaten Majalengka.<>

Dalam sambutannya Ketua PCNU Majalengka diwakili Drs Iwan Bulyaman, MPd. didampingi jajaran pengurus syuriyah menyampaikan ucapan terima kasih khusus kepada Kepala Kandepag Majalengka yang bisa memenuhi undangan PCNU Majalengka dan umumnya kepada semua yang hadir dari mulai para kyai, tokoh masyarakat dan jajaran pengurus NU dari tingkat Kabupaten sampai Ranting.

Selanjutnya, Iwan Bulyaman memohon do`a restu kepada semua yang hadir bahwa PCNU Majalengka akan merehab bangunan kantor yaitu dengan menambah bangunan ke belakang memanfa`atkan lahan yang ada mengingat disetiap kegiatan para Nahdliyyin yang hadir tidak tertampung sehingga mengikuti acara tidak nyaman, untuk itu Iwan Bulyaman menghimbau kepada semua warga Nahdliyyin untuk berpartisipasi dalam rehab kantor ini.

Sementara itu, dalam tausiyahnya H Athoilah memaparkan, disaat pertama kali menginjakkan kaki di Majalengka sebagai Kapala Kemenag Majalengka, ia sama sekali tidak memiliki teman karena asli dari Sumedang. “Namun jangan meragukan ke-NU-an saya, saya adalah asli orang NU, lantas siapa yang paling pertama datang silaturahmi, pengurus NU Majalengka lah yang pertama kali datang,” katanya.

Langkah selanjutnya mengundang para tokoh agama dari seluruh ormas Islam, Rektor dan Dosen UNMA, STAI dan yang lainnya, kemudian apa yang yang didapat dalam silaturahmi tersebut “Ada 3 tokoh yang meminta untuk tidak "meng-NU-kan," Majalengka, karena mereka diam-diam telah mengetahui bahwa saya adalah orang NU padahal saya sendiri tidak pernah menyampaikan bahwa saya orang NU,” paparnya.

Dalam akhir tausiyahnya H Athoilah menyampaikan bahwa Nahdlatul Ulama lahir sebagai respon perjuangan bangsa. Pada tahun 1916 kaum pesantren bangkit maka lahirlah Nahdlatul Wathan sebagai cikal bakal berdirinya NU, kemudian pada tahun 1918 lahirlah Taswirul Afkar atau Nahdlatul Fikir sebagai wadah perjuangan yang bergerak dibidang pendidikan, sosial, politik, dan keagamaan, selanjutnya berdiri Nahdlatul Tujjar sebagai Kebangkitan Saudagar untuk melengkapi perjuangan Kaum Santri,
dan akhirnya pada tanggal 31 Januari 1926/16 Rajab 1344 H. lahirlah Nahdlatul Ulama.

Lantas bagaimana upaya menjalankan organisasi maka jawabannya adalah “Perlu kita bangun silaturahmi dan wawasan keilmuan,” tandasnya.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Edi Wasdi