PBNU Usulkan Pesantren Jadi Penampungan Korban Tsunami Aceh
NU Online · Kamis, 17 Maret 2005 | 02:11 WIB
Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi mengusulkan kepada pemerintah agar pondok pesantren menjadi fokus dalam proses rehabilitasi pasca-bencana tsunami di Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) dan pesantren sekaligus bisa digunakan sebagai tempat penampungan para korban.
"Pesantren sekaligus merupakan tempat penampungan yang komprehensif karena di situ ada agama, pendidikan, kesehatan, juga ada masalah pengembangan profesional," kata Ketua umum PBNU Hasyim Muzadi seusai bertemu wapres Jususf Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Rabu sore.
<>Menurut Hasyim, proses rehabilitasi fisik (rekonstruksi) di wilayah Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) pasca-bencana tsunami akan gagal jika tidak ada rehabilitasi spiritual, agama, mental dan budaya.
"PBNU berpendapat rehabilitasi fisik akan gagal kalau tidak ada rehabilitasi spiritual, agama, mental dan budaya," kata Hasyim Muzadi. Oleh karenanya, tambah Hasyim, PBNU akan mengambil peran dalam proses rehabilitasi spiritual, agama, mental maupun budaya. Dan untuk itui, PBNU akan mengirimkan para ustad-ustad, Al-quran, pengenal metodologi metodologi pengajaran yang baik, serta sambil jalan dipenuhi prasarana-prasarana pesantren.
Menurut Hasyim, pesantren dijadikan fokus karena pesantren merupakan titik kuat di Aceh dalam segi agama, budaya dan pengembangan masyarakat. Dari situlah Aceh bisa direhabiliasi kembali spiritual, mental agama dan budaya.
Dalam pandangan Hasyim, daripada orang di tampung di barak-barak pengungsi yang kemungkinan juga belum tentu kerasan, dan kalaupun mau, akhirnya juga akan pulang ke rumah. Akan lebih baik jika para pengungsi korban tsunami tersebut sekaligus ditampung di pesantren-pesantren. "Kalau perlu pembanguan barak-barak pengungsi tersebut didekat pesantren-pesantren," kata hasyim.
Dari data yang dimiliki PBNU, sebelum terjadinya bencana tsunami terdapat 82 pondok pesantren. Namun setelah terjadinya tsunami tinggal 26 pesantren dan sisanya hilang. "Sampai sekarang kita belum menerima bantuan (untuk perbaikan pesantren)," kata Hasyim Muzadi.
Hasyim juga menjelaskan bahwa dari 26 pompes yang tersisa, saat ini telah menampung 1.190 anak-naak atas biaya PBNU masing-masing 15 ribu per anak per bulan. "Yang ditargetkan 5000 anak di sana. Tetapi kalau ingin lebih besar bisa kalau dibuka ke Jawa," kata Hasyim.
Menurut hasyim, jika pemerintah bisa membuka atau mengijinkan anak-anaka Aceh untuk dibawa ke Pompes-pompes di jawa maka akan lebih banyak lagi yang bisa ditampung.
Kedatangan pengurus PB NU bertemu Wapres, menurut Hsyim Muzadi untuk melaporkan hasil muktamar PBNU di Solo yang telah selesai dalam kelengkapan pengurusnya. Menurutnya hal itu sebagai etika karena saat muktamar di buka oleh presiden Yudhoyono dan penutupannya dilakukan oleh Wapres Jusuf Kalla.(ant/mkf)
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
2
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
3
Nota Diplomatik Arab Saudi Catat Sejumlah Kesalahan Penyelenggaraan Haji Indonesia, Ini Respons Dirjen PHU Kemenag
4
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
5
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
6
PBNU Desak Penghentian Perang Iran-Israel, Dukung Diplomasi dan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua