PBNU: Ideologi Transnasional Harus Di-Indonesia-kan Dulu
NU Online · Selasa, 8 Mei 2007 | 13:00 WIB
Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta ketegasan pemerintah terhadap maraknya ideologi transnasional (antar-negara) yang masuk ke Indonesia. Ideologi yang dibawa oleh kelompok dari gerakan politik dunia harus di-Indonesia-kan atau disesuaikan terlebih dahulu dengan kondisi, tradisi dan budaya setempat.
“Jika tidak, maka jelas akan merusak atau mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila,” tegas Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (8/5)
<>Menurut Presiden World Conference on Religion and Peace itu, setiap gerakan politik, apapun bentuknya dan dari mana pun datangnya, harus berasaskan Pancasila. Karena gerakan-gerakan politik dunia itu tidak menutup kemungkinan telah disusupi kepentingan-kepentingan yang tidak sesuai dengan budaya dan tradisi di Indonesia.
“Seperti Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, Mujahidin, Al-Qaeda dan sebagainya. Mereka itu adalah gerakan politik, bukan gerakan keagamaan. Karena, gerakan seperti itu muncul dari situasi politik di negara asalnya. Dan itu tidak hanya pada Islam, di agama lain pun ada,” urai Hasyim.
Pancasila, tambah Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu, sebagai ideologi terbuka, bisa menjadi solusi untuk mencegah semakin menyebarnya ideologi asing tersebut. Pancasila, ujarnya, sangat memungkinkan untuk menampung berbagai perbedaan agama dan golongan.
Jika pemerintah tidak segera mengambil sikap tegas terhadap gerakan politik internasional tersebut, lanjut Hasyim, bukan tidak mungkin akan terjadi ‘benturan-benturan’ kepentingan dan ideologi yang bisa berakibat konflik. “Sekarang saja benturan-benturan itu sudah mulai muncul di daerah-daerah,” tandasnya.
Kasus penodaan agama di Batu, Malang dan unjuk rasa anti Syiah dilakukan sekelompok pemuda yang menamakan diri Himpunan Angkatan Muda Ahlussunnah (Hamas) di Bangil, Pasuruan, beberapa waktu lalu, merupakan bukti dari akibat masuknya ideologi transnasional tersebut. (rif)
Terpopuler
1
Suami Alami Lemah Syahwat, Apa Hak Istri dalam Islam? Ini Penjelasan Fiqih Lengkapnya
2
Rais 'Aam PBNU Ajak Pengurus Mewarisi Dakwah Wali Songo yang Santun dan Menyejukkan
3
Gus Yahya: Warga NU Harus Teguh pada Mazhab Aswaja, Tak Boleh Buat Mazhab Sendiri
4
Guru Besar Ushul Fiqih UIN Raden Intan Ungkap Nilai-Nilai Pancasila dalam Tahlilan
5
Kisah Levina, Jamaah Haji Termuda Pengganti Sang Ibunda yang Telah Berpulang
6
Refleksi Hari Buku Nasional 2025: Meneguhkan Tradisi Literasi Pesantren
Terkini
Lihat Semua