Warta

PBNU Dukung Sertifikasi Halal, Tolak Stikerisasi

NU Online  ·  Rabu, 15 Juni 2005 | 10:23 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua PBNU Said Aqil Siradj menungkapkan bahwa PBNU mendukung adanya sertifikasi halal bagi produk makanan dan minuman, tetapi menolak stikerisasinya. Upaya ini dalam rangka melindungi konsumen tetapi tak menjadi beban bagi produsen.

“Kalau dilihat tujuannya kayaknya bagus, tetapi akibatnya luas. Disamping memberatkan konsumen, ada keuntungan yang akan diraih fihak lain. Bagi NU sertifikasi halal sudah cukup,” tegasnya dalam dialog publik “Menguak Kontraversi Rancangan UU Jaminan Produk Halal yang diselenggarakan LPNU di Hotel Nikko Jakarta (15/6).

<>

Sikap PBNU ini sudah lama diputuskan, bahkan ketika ada upaya stikerisasi halal yang dilakukan pada zaman Orde Baru. Ketika itu, PBNU masih dipimpin oleh Gus Dur. Menurutnya rencana stikerisasi pada waktu itu dilakukan untuk mencari dana guna memperkuat rezim orde baru.

Kang Said menjelaskan bahwa dalam Qur’an terdapat 11 kategori barang menjadi haram. Hal tersebut meliputi bangkai, darah, babi, disembelih dengan mengucap selain Allah, mati dicekik, mati kecelakaan, mati karena jatuh, mati karena diadu, mati dimakan oleh binatang buas, dan binatang yang dibuat taruhan.

“Ada aturan tegas secara legal formal yang diharamkan dalam Qur’an. Tetapi jangan menyepelekan aspek moral yang disebut halal kasbi atau haram kasbi tetapi halal dzati. Makan sate kambing halal, tapi dari hasil mencuri sehingga menjadi haram. Makan babi dengan uang halal juga tetap haram. Dua-duanya harus halal,” tandasnya.

Alumni Universitas Ummul Quro Mekkah tersebut kurang setuju dengan upaya untuk melakukan legalisasi dan formalisasi yang berlebihan yang pada akhirnya malah tidak ditaati dan lebih baik menekankan aspek moralnya.

“Kitab Perjanjian Lama sangat menekankan legal formal hukum, namun tidak dipatuhi karena telah terjadi kerusakan moral umat Yahudi yang sangat parah yang sulit dibangun kembali. Karena itulah diturunkan Nabi Isa untuk memperbaiki moralnya,” imbuhnya.

Terkait adanya pencantuman label halal, padahal produk belum tersertifikasi, Kang Said berpendapat bahwa Allah tidak memerintahkan diatas kemampuan yang dimiliki manusia. Yang penting sudah dilakukan usaha secara maksimal sehingga sudah menjalankan amanat agama.

“Kalau masih ada yang nakal, itu urusannya sendiri.Kertas yang dibuat untuk mencetak al Qur’an saja belum tentu bersih. Baju yang kita pakai belum tentu 100 persen suci. Tuhan tidak memberi beban diatas kemampuan kita,” tandasnya.(mkf)