Para Ulama Masih Berhati-Hati Mensikapi Kesenian
NU Online · Ahad, 5 September 2010 | 01:21 WIB
Aktualisasi seni dalam tradisi NU masih menjadi persoalan yang belum sepenuhnya selesai, ada jenis-jenis seni tertentu yang masih belum disepakati kehalalannya untuk ditampilkan atau diekspresikan. Para ulama masih berhati-hati dalam berkesenian.
Persoalan ini mengakibatkan perkembangan Lesbumi tak sepenuhnya lancar, karena tergantung pada para pemimpin NU yang sedang berkuasa. Pada masa KH Wahab Hasbullah yang progresif, Lesbumi memiliki kebebasan mengekpresikan berbagai nilai seninya, tetapi ketika rais aam dijabat oleh KH Bisri Syamsuri yang menggunakan pendekatan fikih yang ketat, Lesbumi mengalami banyak pembatasan.<>
“Dua arus besar ini di dalam tradisi kita masih kuat. Masih banyak pesantren yang masih menutup diri dan hati-hati,” kata Jadul Maula, aktivis Lesbumi DIY.
Pengalaman pribadinya juga menunjukkan Lesbumi masih disikapi dengan hati-hati oleh warga NU. Suatu ketika dalam sebuah acara MWC NU di Kudus dan memperkenalkan diri sebagai Lesbumi, maka pengurus setempat mengidentikkan Lesbumi dengan gambus atau teater.
“Tapi ketika saya bercerita ingin menghidupkan Lesbumi lagi, mereka buru-buru mengingatkan, hati-hati kita harus berembuk dulu dengan kiai sepuh karena ada fase di dalam sejarah lesbumi di beberapa tempat kiai yang dominan melarang kesenian,” katanya.
Upaya menghidupkan kembali Lesbumi sekarang juga menghadapi persoalan besar karena banyak generasi muda yang tidak tahu sehingga perlu merekonstruksi identitas dan strategi kebudayaan yang akan dibangun maupun kerja-kerja yang dilakukan.
Belum dipahaminya Lesbumi ini tampak dari kuisioner yang dilakukan oleh pengurus Lesbumi Yogya ketika muktamar ke-32 NU di Makassr. “Dari sekitar 100 kuisioner yang dibagikan kepada utusan, 70 persen masih menanyakan Lesbumi itu apa dan sebagian besar daerah belum ada kepengurusan Lesbuminya,” imbuhnya.
Disisi lain, PP Lesbumi juga belum mampu menunjukkan ekpresi kebudayaan yang ingin dikembangkan NU ke sepan seperti tercermin dalam arena muktamar. “Hanya ada dangdut dan pop, tak muncul ekpresi kebudayaan yang menggambarkan tradisi kita,” jelasnya.
Ini tentu menjadi tugas besar mengingat pada tahun 60-an, Lesbumi menjadi organ partai NU dalam memperjuangkan NU melalui kesenian dan diplomasi kebangsaan untuk membangun identititas bangsa. (mkf)
Terpopuler
1
Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Idarah 'Aliyah JATMAN Masa Khidmah 2025-2030
2
Penggubah Syiir Tanpo Waton Bakal Lantunkan Al-Qur’an dan Shalawat di Pelantikan JATMAN
3
Rais Aam PBNU: Para Ulama Tarekat di NU Ada di JATMAN
4
Gencatan Senjata Israel-Hamas
5
Khutbah Jumat: Muharram, Bulan Hijrah Menuju Kepedulian Sosial
6
Gus Yahya: NU Berpegang dengan Dua Tradisi Tarekat dan Syariat
Terkini
Lihat Semua