Warta

Palestina Teruskan Gerakan di PBB

NU Online  ·  Jumat, 4 November 2011 | 08:44 WIB

New York, NU Online
Palestina bersikeras menjadi anggota badan dunia lain, kendati ditentang Amerika Serikat dan Israel, bahkan jika semua pihak menderita kehancuran dalam upaya kenegaraan di Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Setelah suara UNESCO pada pekan ini menerima keanggotaan Palestina, lebih dari selusin badan lain Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga antarbangsa masuk dalam daftar Palestina, dengan keanggotaan penuh di Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai tujuan utama.
<>
Palestina berharap menjadi penandatangan Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim, kata kepala perutusan mereka di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Riyad Mansour.

Itu akan diikuti pendaftaran serupa di Badan Kekayaan Intelektual Dunia, Muktamar Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Badan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa, kata Mansour kepada kantor berita Prancis AFP.

Badan Penerbangan Sipil Antarbangsa, Pos Antarbangsa Bersatu serta Telekomunikasi Antarbangsa Bersatu dan lain-lain memungkinkan keanggotaan Palestina, kata diplomat dan pejabat.

"Kami menggali semua kemungkinan. Kami percaya bahwa pintu telah terbuka bagi kami untuk bergabung dengan masyarakat dan lembaga lain," kata Mansour.

Itu akan kian membuat marah Israel dan Amerika Serikat, yang keduanya sengit menentang keanggotaan Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang bersikeras bahwa hanya perundingan langsung Israel-Palestina dapat menyelesaikan kemelut Timur Tengah.

Setelah pemungutan suara di Badan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu, Israel mengumumkan pemukiman lebih banyak di wilayah Palestina dan membekukan pembayaran pajak kepada pemerintah Palestina.

Menurut undang-undang pelarangan pendanaan badan dunia beranggotakan Palestina, Amerika Serikat membatalkan hibah 60 juta dolar Amerika Serikat (sekitar 540 miliar rupiah) untuk UNESCO dan mungkin melakukan hal sama bagi lembaga lain.

Palestina membela keputusan bergabung UNESCO.

"Jika kita bergabung dengan badan seperti itu, bergabung dengan kemanusiaan untuk hal baik, apakah itu radikalisasi? Siapakah yang kami sakiti?" kata Mansour, yang menyebut tindakan balasan Israel pada pekan ini adalah radikalisasi.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa segera memutuskan yang harus dilakukan tentang permintaan keanggotaan penuh, yang diajukan Presiden Palestina Mahmud Abbas pada 23 September.

Panitia keanggotaan dewan itu bersidang lagi pada Kamis dan harus menghasilkan laporan ahir untuk pertemuan pada 11 November.

Amerika Serikat, sebagai anggota tetap, mengancam memveto setiap upaya Dewan Keamanan untuk keanggotan Palestina.

Tapi, negara adidaya itu ingin menghindari suara memalukan dengan memotong permohonan itu dan telah putus asa mengucapkan suara "tidak" serta sikap abstain dari anggota lain.

Tanggal untuk pemungutan suara akhir belum ditetapkan.

Upaya Palestina itu lahir dari putus asa membuncah atas kebuntuan usaha perdamaian. Kedua pihak tidak mengadakan pembicaraan langsung untuk memecahkan kemelut puluhan tahun itu dalam lebih dari setahun.

Banyak pakar menyatakan Abbas bertekad maju terus di Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Pemerintah Palestina merasa kuat, di dalam dan luar negeri," kata Mansouria Mokhefi, kepala kegiatan Timur Tengah di Lembaga Hubungan Antarbangsa Prancis di Paris.

"Mereka memiliki dukungan luar biasa dari sebagian besar negara di seluruh dunia, kecuali Amerika Serikat. Sekarang, mereka mengatakan ke masyarakat dunia, `Kini waktu untuk menunjukkan warna Anda`," katanya.

Israel juga menderita.

Persetujuannya atas tambahan 2.000 rumah di wilayah pendudukan dan penahanan pajak Palestina memicu kecaman dari Washington, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Eropa.

Sementara itu, citra Amerika Serikat ternoda akibat tentangannya terhadap upaya tersebut.

Timotius Wirth, presiden Yayasan Perserikatan Bangsa-Bangsa, kelompok Amerika Serikat pendukung masalah di badan dunia itu, menyatakan penarikan dana dari lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa merusak kebijakan dan perusahan Amerika Serikat.

"Dengan sebagian besar negara di dunia siap mendukung upaya Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika Serikat terancam kehilangan pengaruh atas beberapa lembaga badan dunia itu, yang memajukan kepentingan Amerika Serikat dan mengiklankan cita-cita kami," kata mantan senator Demokrat itu.


(B002/H-AK)Redaktur: Mukafi Niam
Sumber: Antara