Jakarta, NU.Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Hasyim Muzadi menegaskan bahwa sepanjang sejarah Indonesia, NU tidak pernah terlibat ataupun melibatkan diri dalam gerakan kekerasan atau anarkhis.
"Selama ini NU sama sekali tidak pernah terlibat apalagi melibatkan diri dalam gerakan-gerakan garis keras, lebih-lebih anarkhis baik di tingkat lokal, regional, terlebih lagi dalam tingkat global," katanya sebelum bertolak ke Kopenhagen-Denmark, Kamis.
<>NU, lanjutnya, senantiasa tampil dengan mengedepankan "ukhuwah nahdliyah" (menjalin persaudaraan sesama warga NU), "ukhuwah Islamiyah" (sesama muslim), "ukhuwah Wathoniyah" (sesama bangsa), "ukhuwah Insaniyah" (sesama umat manusia) serta memberikan dukungan terhadap pemerintah yang sah dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Ia mencontohkan, dari beberapa kasus konflik di Indonesia mulai dari Sambas, Poso, Sampit, Banyuwangi hingga Aceh dan beberapa teror bom di beberapa kota termasuk bom Bali dan terakhir di Hotel JW Marriot, setelah disidik tak satupun warga nahdliyin yang terkait dengan gerakan-gerakan tersebut.
Sementara itu keberangkatan Hasyim Muzadi yang ditemani istrinya Muthomimah ke Kopenhagen itu atas undangan pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat untuk memberikan presentasi didepan wakil pemimpin pemerintahan serta tokoh-tokoh organisasi di daratan Eropa.
Materi yang disampaikan oleh mantan Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) NU Jatim itu diantaranya adalah pandangan NU tentang Islam dan Indonesia dalam perspektif global yang intinya membahas tentang posisi, peranan serta hubungan antara NU, Islam dan pemerintah Indonesia.
"Pandangan NU terhadap humanitas dan globalisasi ini akan diukur oleh negara-negara Barat guna menentukan apakah orientasi mereka yang selama ini mengarah ke Timur Tengah tetap ke Timur Tengah atau akan bergeser ke Asia Tenggara," ujarnya.
Sebab, katanya, Islam di Timur Tengah dalam dasawarsa terakhir ini penuh konflik sehingga sulit dibaca secara utuh antara Islam sebagai agama dengan gerakan-gerakan sporadis yang sarat politik sehingga terjadi kerancuan antara ajaran dan gerakan Islam.
"Kalaupun ada kekerasan di Asia Tenggara, itu merupakan rembesan konflik yang ada di Timur Tengah dan bukan suatu produk domestik Asia Tenggara, lebih-lebih Indonesia," tegasnya.(Ant/Cih)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
3
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
4
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
5
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
6
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
Terkini
Lihat Semua