Warta

NU Tak Pernah Terlibat Gerakan Anarkhis

NU Online  ·  Kamis, 7 Agustus 2003 | 12:26 WIB

Jakarta, NU.Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)  KH. Hasyim Muzadi menegaskan bahwa sepanjang sejarah Indonesia, NU tidak  pernah terlibat ataupun melibatkan diri dalam gerakan kekerasan atau anarkhis.

"Selama ini NU sama sekali tidak pernah terlibat apalagi melibatkan  diri dalam gerakan-gerakan garis keras, lebih-lebih anarkhis  baik di tingkat lokal, regional, terlebih lagi dalam tingkat  global," katanya sebelum bertolak ke Kopenhagen-Denmark, Kamis.

<>

NU, lanjutnya, senantiasa tampil dengan mengedepankan "ukhuwah nahdliyah" (menjalin persaudaraan sesama warga NU), "ukhuwah  Islamiyah" (sesama muslim), "ukhuwah Wathoniyah" (sesama bangsa),  "ukhuwah Insaniyah"  (sesama umat manusia) serta memberikan dukungan terhadap pemerintah  yang sah dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

Ia mencontohkan, dari beberapa kasus konflik di Indonesia mulai dari Sambas, Poso, Sampit, Banyuwangi hingga Aceh dan  beberapa teror bom di beberapa kota termasuk bom Bali dan terakhir di Hotel JW Marriot, setelah disidik tak satupun warga nahdliyin yang terkait dengan gerakan-gerakan tersebut.

Sementara itu keberangkatan Hasyim Muzadi yang ditemani istrinya  Muthomimah ke Kopenhagen itu atas undangan pemerintah dan Lembaga  Swadaya Masyarakat (LSM) setempat untuk memberikan presentasi didepan wakil  pemimpin pemerintahan serta tokoh-tokoh organisasi di daratan  Eropa.

Materi yang disampaikan oleh mantan Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) NU Jatim itu diantaranya adalah pandangan NU tentang Islam dan  Indonesia dalam perspektif global yang intinya membahas tentang posisi,  peranan serta hubungan antara NU, Islam dan pemerintah Indonesia.

"Pandangan NU terhadap humanitas dan globalisasi ini akan diukur oleh negara-negara Barat guna menentukan apakah orientasi mereka yang  selama ini mengarah ke Timur Tengah tetap ke Timur Tengah atau  akan bergeser ke Asia Tenggara," ujarnya.

Sebab, katanya, Islam di Timur Tengah dalam dasawarsa terakhir ini penuh konflik sehingga sulit dibaca secara utuh antara Islam sebagai agama dengan gerakan-gerakan sporadis yang sarat politik sehingga  terjadi  kerancuan antara ajaran dan gerakan Islam.

"Kalaupun ada kekerasan di Asia Tenggara, itu merupakan rembesan konflik yang ada di Timur Tengah dan bukan suatu produk domestik Asia Tenggara, lebih-lebih Indonesia," tegasnya.(Ant/Cih)