Warta

NU Pakistan Bedah Film “Ayat-ayat Cinta”

NU Online  ·  Jumat, 28 Maret 2008 | 03:43 WIB

Islamabad, NU Online
Seperti halnya di Tanah Air, warga negara Indonesia di mancanegara juga sedang demam film “Ayat-Ayat Cinta” (AAC). Buktinya, warga Indonesia yang berada di sana menggelar nonton bareng film tersebut difasilitasi Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Pakistan, di Islamabad, Kamis (27/3) kemarin.

Namun, mereka tak mau nonton begitu saja. Bekerja sama dengan Forum Lingkar Pena (FLP) cabang Pakistan, mereka menggelar diskusi yang membedah film arahan Sutradara Hanung Bramantyo itu. Demikian dilaporkan Kontributor NU Online di Islamabad, M Afifuddin Muchit.<>

Ketua FLP Cabang Pakistan, Nur Rohim Yunus, mengatakan, film AAC merupakan salah satu metode dakwah Islam terkini yang menggunakan karya seni sebagai sarananya. Menurutnya, berdakwah tidak harus dari pangung ke panggung, tapi bisa melalui karya seni, seperti film.

Namun, bukan berarti film adaptasi dari novel dengan judul serupa karya Habiburrahman Saerozi itu tanpa kritik. Yunus menilai bahwa film tersebut belum berhasil menggambarkan isi novel sebenarnya. Selain itu, sosok Fahry (Fedi Nuril) dalam film tersebut dinilai terlalu sempurna untuk ukuran manusia biasa.

Ia juga mengkritik bahwa kesalehan spiritual, seperti halnya pada sosok Fahry, bukanlah jaminan untuk mudah mencuri hati kaum hawa dan materi dunia.

Hal yang sama dikatakan narasumber lainnya, Lanny Anggriany. Menurutnya, film itu tidak bisa menggambarkan secara menyeluruh seperti halnya cerita dalam novelnya. “Saya melihat, justru cerita novelnya lebih dahsyat dari pada filmya,” tandasnya.

Kritik lain pada film itu adalah penggambaran perilaku seorang muslimah seperti halnya yang diperankan tokoh Aishah, terutama saat melakukan salat. Menurut Lanny, bentuk salat yang memakai cadar, seperti yang dilakukan Aishah, menyalahi tata cara salat bagi perempuan.

Dalam pandangan fikih Islam, seorang perempuan ketika salat justru harus membiarkan wajah dan telapan tangannya terbuka.

Namun demikian, seluruh narasumber pada bedah film itu sependapat, AAC memiliki pesan bahwa Islam adalah agama toleransi yang menghormati non-muslim. Islam tidak mengajarkan diskriminasi, tapi cinta damai. (rif)