Demak, NU Online
Hidup dalam penjajahan, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terbalakang baik dalam segi ekonomi, agama, sosial maupun idiologi, inilah yang menjadi keperihatinan para ulama untuk bisa merebut tanah leluhurnya, terlebih dirasa bangsa penjajah Belanda dalam misinya di Indonesia tidak murni material namun ada misi agama yang merongrong aqidah bangsa Indonesia ini, setelah melalui proses yang panjang Akhirnya para ulama mendirikan organisasi yang diberi nama Nahdlatul Ulama (NU).
<>
Demikian disampaikan Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah KH Ahmad Nurcholis Ali saat menyampaikan tausiyahnya dihadapan Bupati, Wakil Bupati, ketua DPRD, Dandim,Kapolres, SKPD dan pengurus NU dari Cabang, Badan Otonom, Lajnah, lembaga, MWC sampai Ranting Se Kabupaten Demak, pada acara Lailatul Ijtimak ke 17 dan Halal Bi Halal yang diselenggarakan PCNU Demak di pendopo Kabupaten, Jum’at 16/9/2011.
“NU lahir itu untuk mempertahankan Islam di bumi Indonesia, menuntut kemerdekaan RI, dan mempertahankan faham Ahlussunnah wal Jama’ah,” katanya.
Kiai Ahmad menceritakan kronologi kesungguhan para ulama NU dalam merebut Indonesia dari penjajahan Belanda, mulai dari kiprah perjuangan Imam Bonjol, pangeran Diponegoro sampai pada pertemuan para kiai NU di Tebuireng yang menghasilkan Resolusi Jihad, yang selang 20 hari pecahlah pertempuran di surabaya tanggal 10 November yang terkenal dengan hari Pahlawan.
“Para Kiai NU saat pertemuan ulama se Jawa dan Madura di Tebuireng yang dipimpin KH Hasyim Asy’ari, itu bukti kepekaan para kiai, karena yakin bahwa Belanda akan masuk ke Indonesia itu tidak hanya misi material dan sebaginya tapi lebih dari itu para kiai tahu misi agama yang dibawa itu adalah ancaman paling berat,” jelasnya.
Kiai Ahmad menambahkan, melihat kiprah NU untuk Indonesia baik dalam merebut kemerdekaan maupun mengisi kemerdekaan ini maka sewajarnya jika kita harus merawatnya dengan baik. Untuk mewujudkan itu semua maka perlu kiranya warga NU selalu menjaga ukhuwah basyariyah, wathoniyah dan ukhuwah nahdliyah, serta lita’arofu/hubungan harmonis dengan pemangku pemerintahan.
“Itu semua bisa berjalan dengan baik tatkala kita bisa menjaga ukhuwah atau kerukunan intern umat beragama, antar umat beragama, dengan pemerintah,” tambahnya.
Rangkaian acara Lailatul ijtimak ini dimulai dengan sholat maghrib berjamaah, istighotsah, jama’ah isya, sambutan dan diakhiri dengan Tausyiyah Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah yang sekaligus memimpin do’a.
Redaktur   : Mukafi Niam
Kontributor.A.Shiddiq Sugiarto
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
2
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
3
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
4
Gus Yahya Dorong Kiai Muda dan Alumni Pesantren Aktif di Organisasi NU
5
Khutbah Jumat: Menolong Sesama di Tengah Bencana
6
MK Larang Wamen Rangkap Jabatan di BUMN, Perusahaan Swasta, dan Organisasi yang Dibiayai Negara
Terkini
Lihat Semua