Surabaya, NU Online
Terpilihnya pasangan KH Miftachul Akhyar dan Dr KH Ali Maschan Moesa, MSi, sebagai Rais Syuriyah dan Ketua PWNU Jawa Timur yang baru, tampaknya akan membawa perubahan yang berarti bagi warga NU di Jawa Timur. Setidaknya, itulah yang diangankan oleh Kiai Miftah, saat ditemui di Kantor PWNU Jawa Timur, pada Selasa (6/11).
“Kita usahakan untuk membenahi dua bidang yang selama ini kita kedodoran di tempat itu, yaitu ekonomi dan pendidikan,” tutur Kiai Miftah. Selain itu PWNU Jawa Timur akan terus memperkuat pembentengan warga NU dari serangan aneka macam aliran sesat, atau paham-paham baru yang bermotif politik yang ada selama ini.
Soal p<>enguatan organisasi, dirinya akan memosisikan Syuriyah sebagai penentu kebijakan dan Tanfidziyah sebagai pelaksana kebijakan. Sedangkan lajnah dan lembaga adalah pelaksana program. Pembagian tugas itu sesuai dengan ketentuan yang ada di NU.
Tentang keberadaan sebagian Banom yang dinilai sudah mulai berani “lirik-lirik” dan cenderung tidak taat kepada NU, ia akan mencari tahu sebabnya dengan melakukan pendekatan-pendekatan. Jika sudah ditemukan, pihaknya tidak segan-segan untuk memanggil dan memperingatkan.
“Akan kita ingatkan, bahwa mereka itu dilahirkan oleh NU, untuk mendukung perjuangan NU, bukan berdiri sebagai badan tersendiri dan terpisah dari NU,” lanjut Kiai Miftah.
Alumnus beberapa pondok pesantren salaf itu menjelaskan, para pengurus baru nantinya akan diberi pembagian tugas. Masing-masing menaungi bidang garap bidang tertentu sesuai dengan keahliannya. Program yang tidak jauh beda dengan yang ada dalam kepengurusan sebelumnya itu akan tetap dipertahankan karena masih bernilai baik. Hanya saja, penekanan akan dilakukan pada praktek lapangan, dan tidak sekadar teori di atas kertas.
Di tengah medan politik yang kemungkinan besar akan menarik-narik warga NU, menurut pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah Kedungtarukan Surabaya itu, pihaknya akan tetap berpedoman pada garis Khittah yang menjaga jarak yang sama dengan semua kekuatan partai politik.
“Kita ambil sesuatu yang sifatnya nahi munkar, kita sikapi semuanya untuk kita nilai,” tuturnya. Ia sangat mengharapkan agar para kader NU yang terjun ke dalam medan politik untuk selalu membawa watak dan karakter NU di tempat pengabdiannya. Dengan begitu, sekaligus sebagai daya tarik tersendiri bagi pihak-pihak lain untuk mencontoh sikap itu.
“Mestinya mereka masuk itu untuk memperbaiki akhlak yang buruk itu, bukan malah masuk untuk ngangkuti barang-barang yang ada. Apa bedanya dengan yang lain?” kata Kiai Miftah. (sbh)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
3
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
6
Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah
Terkini
Lihat Semua