Surabaya, NU Online
Sebentar lagi, warga nahdliyyin akan memiliki Museum NU. Benda-benda bersejarah peninggalan tokoh-tokoh NU yang berkaitan dengan pendirian NU dan perjuangan menegakkan berdirinya Republik Indonesia akan disimpan dalam museum ini.
Rencananya, gedung museum yang saat ini masih dalam tahap finishing tersebut akan diresmikan pada tanggal 26 November 2004. Ini berarti dua hari sebelum pelaksanaan muktamar NU ke 31 di Solo yang dibuka pada 28 November.
<>Bangunan fisik Museum NU itu, kini sedang dalam tahap finishing. ”Tim kerja Museum NU harus bekerja lebih serius. Dengan begitu, pada saat peresmian nanti, sebagian besar isi museum sudah bisa disaksikan publik, khususnya warga nahdliyin,” kata Drs H Choirul Anam, Ketua Tim Kerja Museum NU kemarin.
Selain Cak Anam, panggilan akrab Drs H Choirul Anam, hadir juga Dra Faridatul Hanum (Ketua PW Fatayat NU Jawa Timur), Dra Erma Inayati (Wakil Ketua PW Fatayat NU Jawa Timur) Drs H Fathorrasjid, HA Muhibbin Zuhri MA, (Wakil Sekretaris GP Ansor Jawa Timur) Arif Junaidy, dan sejumlah anggota tim kerja museum lainnya.
Pendirian Museum NU, menurut Arif Junaidy, memang difasilitasi DPW PKB Jatim. Namun, untuk sepenuhnya akan dikembalikan pada NU secara utuh. ”Ini bentuk kepedulian terhadap NU. Dalam museum itu nanti, juga akan dikelola kawan-kawan NU,” tuturnya.
Beberapa peninggalan tokoh NU yang akan disimpan adalah tongkat yang digunakan Hadlratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dan kitab-kitab keagamaan yang ditulisnya. “Selama ini, tidak banyak orang tahu, Mbah Hasyim mempunyai karya-karya tulis kitab kuning. Hal itu sebagai bukti, bahwa tokoh pesantren dan pendiri NU mempunyai kemampuan intelektual yang memadai pada zamannya, dan ini patut diketahui warga nahdliyin saat ini,” tutur Cak Anam.
Tim Kerja Museum juga menemukan sejumlah kitab klasik, seperti yang ditemukan di Trenggalek, kitab Ambyo alias ambyak, yang berisi kisah-kisah Nabi dan ditulis pada abad ke-16. Kini, kitab tua itu masih tersimpan dengan baik dan bakal menjadi koleksi museum NU. “Mereka yang kini memelihara kita-kita itu, berkenan untuk menyerahkan kepada Museum NU,” tegas Zainul Arifin S.Pd.
Peran para ulama dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, telah dibuktikan dengan pengorbanan jiwa raga. Di antara tokoh yang masih hidup adalah KH Hasyim Latief dan KH Yusuf Hasyim. Seragam mereka saat perang revolusi, yang tergabung dalam Laskah Hizbullah akan menghiasa koleksi museum. Termasuk sejarah pendiri NU, Kiai Hasyim Asy’ari yang pernah dipenjara pada masa pendudukan Jepang. Nah, bekas-bekas penjara atau kamar tempat sang tokoh dipenjara itu akan diketahui lewat foto-foto masa lalu yang kini masih tersimpan rapi.
Menurut Cak Anam, ketika dipenjara, Mbah Hasyim Asy’ari sempat dipukuli tentara Jepang hingga jari-jarinya remuk dan terputus. Mbah Hasyim juga meningalkan sebuah tongkat yang kini dirawat KH Yusuf Hasyim alias Pak Ud di Tebuireng. “Fakta-fakta sejarah seperti ini harus diketahui nahdliyin,” katanya.
Selain tim kerja, ada juga tim penyelamat dokumentasi NU yang dilakukan tim di Kabupaten Gresik. Tim penyelamat dokumentasi itu juga dibentuk atas restu Rais Aam PBNU KH MA Sahal Mahfudh. Data-data dokumen itu, kini sedang dikumpulkan dan segera diserahkan ke tim kerja Museum MU. (rng/dm/mkf)
Â
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
3
Gus Yahya Dorong Kiai Muda dan Alumni Pesantren Aktif di Organisasi NU
4
MK Larang Wamen Rangkap Jabatan di BUMN, Perusahaan Swasta, dan Organisasi yang Dibiayai Negara
5
Pemerintah Perlu Beri Perhatian Serius pada Sekolah Nonformal, Wadah Pendidikan Kaum Marginal
6
KH Kafabihi Mahrus: Tujuan Didirikannya Pesantren agar Masyarakat dan Negara Jadi Baik
Terkini
Lihat Semua