Jakarta, NU Online
Setelah 59 tahun merdeka, semangat nasionalisme bangsa Indonesia belum sepenuhnya pudar, meski banyak pengamat yang mengatakan bahwa nasionalisme kini mulai mengempis.
Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof.Dr. Sutjipto, di Jakarta, Senin, mengatakan, sejak adanya Otonomi Daerah (Otda) yang dimulai pada 1 Januari 2001, semangat nasionalisme bangsa mulai mengendur karena mereka cenderung lebih mementingkan kepentingan kedaerahan, dan bahkan sukuisme. Sebelum diberlakukannya Otda, Indonesia menganut sistem pemerintahan sentralistik.
<>Dengan diberlakukannya Otda, sistem pemerintahan pun berubah secara drastis menjadi desentralistik, yaitu daerah diberi kebebasan dan kekuasaan untuk mengatur daerahnya sendiri melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) masing-masing.
Hal tersebut menimbulkan tidak adanya kepedulian dan solidaritas antara daerah yang satu dengan daerah lain, karena masing-masing daerah memiliki kepentingan yang berbeda-beda, katanya menjelaskan. Sementara itu, melemahnya nasionalisme tersebut juga tergambar dari semakin mengecilnya antusiasme masyarakat dalam menyambut HUT RI tahun ini.
Di beberapa pusat perniagaan, misalnya, banyak pedagang yang tidak memberikan diskon khusus untuk peringatan hari kemerdekaan. "Kami tidak memberikan diskon karena karena harga di sini sudah murah," kata Joni, salah seorang pedagang barang elektronik di Pusat Perdagangan Glodok Harco, Jakarta Pusat. Hardy, pemiliki toko yang juga menyediakan jasa servis barang-barang elektronik, mengatakan hal yang sama. Bagi Hardy, memperingati hari kemerdekaan tidak harus dengan memberikan diskon. "Saya yakin setiap orang pasti mencintai negaranya, tetapi caranya saja yang berbeda," katanya.
Belum Sepenuhnya Memudar
Prof Dr KH Lau Pheng Khun, dari bidang Dakwah dan Pendidikan Pembina Iman Tauhid Islam/Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di Jakarta, Senin, menyatakan keberatannya jika nasionalisme bangsa Indonesia dikatakan melemah.
Menurut dia, jiwa nasionalisme warga Indonesia, terutama keturunan Tionghoa terkait HUT ke-59 RI, tidak semakin memudar. "Kalau jiwa nasionalisme itu sudah pudar, mungkin warga Indonesia keturunan Tionghoa banyak yang hengkang ke luar negeri sejak lama. Buktinya, mereka masih banyak kan yang berjualan, membuka toko, dan sebagainya," ujar Kyai yang kerap mengisi ceramah ke berbagai daerah di Indonesia itu.
Ia malah berharap peringatan HUT ke-59 RI menjadi momentum untuk memperkuat komitmen membangun bangsa Indonesia yang cukup terpuruk saat ini. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di satu sisi nasionalisme mungkin sudah "mengempis", tetapi nasionalisme belum sepenuhnya hilang atau memudar bila dilihat dari sisi lain.
Meskipun begitu, tentunya ada beberapa langkah yang harus diperhatikan agar nasionalisme tetap terjaga. Rektor UNJ, dalam hal ini mengatakan bahwa pendidikan adalah salah satu jalan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan nasionalisme bangsa yang sudah mengempis. "Kebijaksanaan pendidikan yang diterapkan tentu saja bukan pendidikan yang terlalu banyak mengakomodasi sistem pendidikan primordial," katanya.
Ia juga menambahkan bahwa bangsa Indonesia masih sangat membutuhkan rasa nasionalisme untuk tetap menggalang solidaritas dan rasa kepedulian terhadap kepentingan nasional. Selain pendidikan, sikap keterbukaan dan saling pengertian juga mutlak diperlukan di tengah keberagaman suku dan ras, demi keutuhan NKRI.
Seperti yang dikatakan oleh Prof Dr KH Lau Pheng Khun, semestinya masing-masing suku atau ras yang berbeda jangan saling mencurigai. "Jangan menganggap remeh orang atau kelompok lain, agar kita tidak dijauhi atau mungkin dimusuhi, tapi bagaimana bersama-sama membangun Indonesia agar lebih baik lagi," ujarnya.
Sementara Hardy, yang seorang pedagang, mengatakan, nasionalime itu bergantung kepada kualitas pemimpinnya. "Kalau pemimpinnya bagus, maka nasionalisme juga bisa berkembang dengan baik," katanya. (atr/cih)
Terpopuler
1
Kemenag Tetapkan Gelar Akademik Baru untuk Lulusan Ma’had Aly
2
LKKNU Jakarta Perkuat Kesehatan Mental Keluarga
3
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
4
3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar
5
Kopri PB PMII Luncurkan Beasiswa Pendidikan Khusus Profesi Advokat untuk 2.000 Kader Perempuan
6
Pentingnya Kelola Keinginan dengan Ukur Kemampuan demi Kebahagiaan
Terkini
Lihat Semua