Jakarta, NU Online
Keberadaan kelompok pemberontak Republik Maluku Selatan (RMS) di daerah Maluku ternyata tak mendapat simpati dari nahdliyyin dan umat Islam di Maluku. Mereka tetap teguh memperjuangkan tegaknya NKRI.
“Seluruh nahdliyyin di Maluku tak ada yang terlibat RMS, kita tetap memperjuangkan tegaknya NKRI,” tutur wakil ketua PWNU Ambon Kilwo ketika berkunjung ke PBNU (5/7).
<>Bersama dengan ormas dan pemuka agama Islam lainnya, PWNU Ambon melakukan kunjungan ke sejumlah fihak untuk menyatakan dukungan terhadap tegaknya NKRI dan posisi RMS dimata umat Islam.
Kasus RMS kembali mencuat ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono disuguhi tarian Cakalele dan Kibarkan Bendera RMS yang dilakukan oleh 28 aktivis RMS di Ambon Maluku Jum’at (29/6) dalam peringatan hari Keluarga Nasional.
RMS didirikan pada 25 April 1950 dan melakukan pemberontakan bersenjata. Namun upaya ini berhasil digagalkan secara tuntas pada bulan November 1950, sementara para pemimpin RMS mengasingkan diri ke Belanda.
Menurut ensiklopedia online, wikipedia, pada 1951 sekitar 4.000 orang Maluku Selatan, tentara KNIL beserta keluarganya dengan jumlah keseluruhannya sekitar 12.500 orang melarikan diri ke Belanda, yang saat itu diyakini hanya untuk sementara saja. (mkf)
Terpopuler
1
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
2
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
5
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
Terkini
Lihat Semua