Sewaktu bayi, Nabi Muhammad sudah memiliki “sikap” toleran alias tenggang rasa. Ia tak mau menyusu dari dua tetek milik Halimah, wanita asal desa Sakdi yang menjual jasa menyusui bayi di Kota Mekah.
Bayi Muhammad hanya mau disusui di sebelah kanan. Setiap mau dipindah ke tetek sebelah kiri, ia tak mau. Padahal setiap bayi, pasti selalu ingin minum ASI sampai kenyang dengan kedua tetek. Jika kanan habis, bayi pasti minta ganti kiri. Demikian seterusnya sampai benar-benar puas.<>
Dan semua perempuan desa yang biasa menjual jasa menyusui bayi pasti mengalami hal itu. Karena butuh uang, mereka memberikan ASI-nya kepada bayi-bayi anak orang kota,menyisakan sedikit untuk bayinya sendiri.
Maka betapa girangnya Halimah. Dengan begitu, dia tetap bisa menyusui anaknya sendiri sehingga tak kekurangan gizi. Lebih senang lagi dia, sebab semenjak disusu bayi Muhammad, ASI-nya jadi deras. Sehingga anaknya ikut tercukupi kebutuhan gizinya.
“Idiiih, pinternya bayi ini. Dia mau berbagi dengan anakku,” tutur Halimah dengan bahasa guyon yang dikisahkan mantan Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah KH Ahmad Bukhori dalam pengajian Maulid Nabi di Masjid Baitul Muttaqin Kelurahan Sembungharjo Kecataman Genuk Kota Semarang, Ahad (6/3) malam kemarin. Kegiatan digelar oleh PAC GP Ansor Kecamatan Genuk yang juga melaksanakan pelantikan pengurus di acara tersebut.
“Mengapa kita memperingati Maulid Nabi Muhammad? Karena beliau sudah baik sejak lahir. Allah memberinya kemuliaan untuk jadi panutan bagi manusia. Sedangkan jika ingin mengingat manusia biasa, tunggulah sampai wafatnya. Karena orang bisa diketahui benar-benar orang baik jika sudah meninggal dunia,” papar teman kecil Gus Dur semasa mondok di Ponpes API Tegalrejo Magelang ini.
Selalu Memikirkan Orang Lain, Umatnya.
Disampaikan Kyai Bukhori, Nabi Muhammad tak pernah memikirkan kepentingannya sendiri. Dia selalu mendahulukan kepentingan orang lain, kepentingan masyarakat.
Contoh yang sangat populer di masa sebelum kenabiannya adalah peristiwa pemasangan kembali Hajar Aswad di dinding Ka’bah yang sangat mengesankan. Yaitu, meski mendapat hak sebagai pemasang karena datang ke Ka’bah paling pagi sesuai kesepakatan, Muhammad bin Abdullah mengajak semua kepala suku untuk mengangkat bareng-bareng. Sehingga terhindarlah perang antar kabilah dan tercipta perdamaian. Hal mana orang-orang Quraisy dan Arab umumnya langsung memberi gelar pada pemuda Muhammad dengan julukan Al-Amin.
“Nabi Muhammad itu utusan Allah yang mudah prihatin mendengar derita manusia, amat besar kasih sayangnya dan selalu cepat bertindak untuk mengurai derita umatnya. Andai utusan Allah bukan dari jenis kita sendiri, misalnya Malaikat, tentu akan sangat berat. Karena malaikat tidak makan minum dan tidak tidur. Pastilah tak bisa merasakan apa yang dirasakan manusia,” tuturnya seraya membacakan ayat 128 surat At-Taubah’ laqod ja’akum rosulun min anfusikum azizun alaihima anittum….sampai selesai.
Rasulullah, terang Kiai Bukhori, pernah diberitahu Allah bahwa umatnya yang akan masuk surga hanya sedikit. Sebab semua amal akan dihisab (dihitung) sejak dalam niat. Beliau langsung menangis. Lalu memohon agar umatnya diberi peluang untuk masuk surga.
Kemudian Allah memberi ketetapan; jika umat Muhammad berniat kebaikan, dihitung pahala 1. Jika ia melakukan niat tersebut, pahalanya jadi 10. Dan jika amalnya itu ikhlas karena mengharap ridho Allah, maka ganjarannya berlipat-lipat tak terhingga sesuai kemurahan Allah. Sedangkan jika berniat jelek, malaikat tak menulisnya. Apabila si hamba tidak melaksanakan niat buruk tersebut, maka dia diberi pahala 10. Sebab, terang Bukhori, menghindari maksiat itu mendapat pahala.
“Nabi Muhammad pernah diberitahu bahwa umatnya hanya sedikit yang akan masuk surga. Lalu beliau memohon kepada Allah, lantas diberi dispensasi 1/3 umatnya akan masuk surga. Lalu beliau memohon lagi, lantas diberitahu, seluruh umat Muhammad akan masuk surga, meskipun ada yang melewati masa siksa di neraka dahulu karena punya dosa. Itu asal umat punya iman di hatinya. Yakni bersyahadat.
Lebih lanjut Bukhori memaparkan, menjelang Nabi wafat, datang malaikat Izrail lantas Jibril menemui beliau. Nabi bertanya: Bagaimana umat sepeninggalku?” Dijawab Jibril; asalkan orang masih bertahlil, mengucapkan La Ilaha illallah, ada iman di hatinya, maka pasti akan masuk surga. Bahkan jika dosa-dosanya diampuni, tanpa melalui sisa neraka lebih dahulu.
Setiap Nabi, jelasnya, diberi satu kesempatan berdoa yang pasti dikabulkan oleh Allah. Para Nabi telah mengambil itu semasa hidup mereka. Tapi Rasulullah Muhammad tidak. Beliau menunda pemakaian haknya di akhirat nanti. Yaitu untuk memberi syafaat (pertolongan) bagi umatnya yang banyak dosa.
“Maka marilah banyak membaca sholawat kepada Nabi, agar kita mendapat syafaatnya. Sholawat itu bisa dilakukan semua orang, meskipun wanita yang sedang hamil. Lain dengan dzikir biasa yang ada batasannya. Shollu alaaa Muhammad!,” seru Bukhori mengomando hadirin membaca sholawat. Pidatonya lantas dipungkasi dengan doa bersama. (ich)
Terpopuler
1
Niat Puasa Arafah untuk Kamis, 5 Juni 2025, Raih Keutamaan Dihapus Dosa
2
Menggabungkan Qadha Ramadhan dengan Puasa Tarwiyah dan Arafah, Bolehkah?
3
Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya
4
Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam
5
Khutbah Idul Adha: Mencari Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Diri Manusia
6
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
Terkini
Lihat Semua