Warta

Muslim Eropa dan Amerika Masih Tertekan

NU Online  ·  Kamis, 1 Juli 2004 | 23:30 WIB

London, NU Online
Nasib umat Islam di Eropa dan Amerika menurut laporan International Religious Freedom,   sejak tragedi WTC mengalami tekanan luar biasa. Berbagai teror mental berupa interogasi, pengawasan hingga perlakuan diskriminatif dan selalu dicurigai sebelum terbukti bersalah, terus dirasakan sebagian umat Islam di  kedua benua itu.

International Islamic News Agency, Jum'at melaporkan, di Inggris misalnya, sekitar 1,6 juta muslimin menglami 344 peristiwa kekerasan anti-muslim yang terjadi semenjak peristiwa 9/11, termasuk ditikamnya seorang muslimah.  Sebuah lembaga hak azasi manusia berbasis di London melaporkan hal tersebut, namun media setempat sama sekali tidak tertarik mempublikasikan. Media setempat justru mendorong kebencian.

<>

Sejak Juni 2002, warga muslim Britania telah melaporkan adanya berbagai sergapan, tindakan merusak, dan serangan terhada masjid, sebagian dikabarkan termotivasi oleh hal negatif dan efek media massa yang tidak bertanggungjawab. Sebagai contoh, pada bulan Juni 2003 gelombang anti-muslim terjadi di masjid Birmingham tidak lama sesudah laporan tidak bertanggungjawab televisi BBC seolah-olah yang mempertunjukkan adanya perekrutan pelaku boom bunuh diri di masjid Birmingham.

Di Italia, sekitar sejuta rumah warga muslim dikabarkan terancam,setelah beberapa pemimpin religius dan politis, termasuk Perdana Menteri Itali Silvio Berlusconi, telah mendukung perasaan anti-Islam yang mana, imigran Islam dilukiskan sebagai "ancaman" di Italia.

Pada bulan September 2001, Berlusconi dikabarkan membakar gerakan anti-Islam dengan mengatakan peradaban Islam lebih rendah dari Barat. Pada suatu konferensi pers di Berlin, Berlusconi pernah mengatakan, "Kita harus sadar akan keunggulan dari peradaban kita, suatu sistem yang telah menjamin kesejahteraan, rasa hormat akan hak azasi manusia menghormati hak politis dan religius, suatu sistem yang mempunyai pemahaman nilai-nilai keaneka ragaman dan toleransi"

Tak urung, ucapan Berlusconi yang dianggap sangat anti-Islam ini membuat marah orang Islam di seluruh penjuru dunia.

Menurut laporan, pembatasan status kebebasan religius menjadi kunci kedua yang menyebabkan gelombang diskriminasi dan anti-muslim di Eropa.

Debat atas lambang religius,-terutama jilbab, telah memperhebat kritikan ke Perancis sejak Presiden Perancis Jack Chirac mengusulkan  suatu hukum yang mengutuk lambang religius di sekolah-sekolah negeri di Perancis dan mengatur mereka di tempat kerja.  Islam adalah agama kedua terbesar di Perancis dengan perkiraan 4 hingga 5 juta penganut, atau sekitar 7 hingga 8 persen populasi penduduk Perancis.

Perdebatan menyangkut jilbab juga terjadi di Jerman pada bulan Juni 2002 setelah pengadilan membuat undang-undang di tahun 1998 yang melarang para guru muslim di sebelah Selatan Baden-Wuerttemburg memakai jilbab di kelas.

Demikian juga di Spanyol. Federasi Kesatuan Islam Spanyol ( FEERI), sebuah organisasi Islam Spanyol, memprotes atas sikap pemerintah yang membatasai konstruksi mesjid baru, terutama untuk lokasi bangunan di area metropolitan. Menurut FEERI, di Spanyol, populasi warga Islam di negara itu telah ditaksir mendekati jumlah satu juga orang.
Kejadian serupa juga sering dialami muslim Amerika. Seorang wanita berjilbab terpaksa harus  rela dipecat  dari Walt Disney karena tidak mau membuka auratnya. Meski populasi muslim di Eropa dan Amerika meningkat, namun nasib mereka  masih dipandang sebelah mata. (MA)