Perkembangan dan dinamika Islam di Indonesia selalu menarik minat banyak pengamat, baik dari dalam maupun luar negeri. Semua ini tidak lain karena perkembangan dan dinamika Islam Islam di negeri ini berbeda dengan Islam di negara-negara lain.
Munculnya ormas keagamaan seperti Nahdlatul Ulama yang mempromosikan ajaran-ajaran Islam yang moderat adalah faktor penting di balik ekspresi Islam di Indonesia.<>
Pernyataan tersebut disampaikan seorang delegasi Muslim Australia, Mohammed El-Leissy, saat melakukan kunjungan ke kantor PBNU, Jln. Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (18/5).
Dalam kunjungannya itu, Mohammed didampingi sejumlah Muslim Australia yang tergabung dalam Persaudaraan Muslim Australia-Indonesia, antara lain Mr. Hyder Gulam, Iman Dandan, Shameema Kolia dan Hussan Elmaghraby.
Kedatangan mereka di sambut oleh Ketua PBNU KH Masykuri Abdillah and Wasekjen PBNU HM Iqbal Sullam.
Dalam pertemuan dialogis dan penuh keakraban itu, banyak 'jual-beli' informasi mengenai perkembangan dan dinamika Islam baik di Indonesia maupun Australia.
Ketua PBNU Masykuri Abdillah bahkan mengklaim bahwa Islam di Indonesia adalah Islam yang paling moderat di dunia. Pasanya, tendensi radikalisme di Indonesia bisa dihadapi melalui pendekatan-pendekatan yang lebih kooperatif dan moderat.
"Bandingkan saja dengan di negara-negara Islam di Timur tengah atau di Turki. Islam Indonesia adalah Islam yang paling moderat. Di Turki saja yang mengklaim dirinya sebagai negara yang demokratis tidak demikian, di negara ini masih ada larangan mengenakan jilban bagi wanita Muslim," kata Masykuri.
Sementara, menanggapi adanya islamophobia yang sempat berkembang di Australia, Iman Dandan mengatakan bahwa media massa punya andil besar dalam menyebarkan bahkan membesar-besarkan gelombang Islamophibia.
"Sebenarnya, mereka yang menyebarkan gelombang Islamophobia di Australia sangat kecil, namun isu ini bisa besar karena media massa," terangnya.
Perlu Didirikan "Pesantren" di Australia
Melihat pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional yang berurat an berakar kuat di Indonesia, salah satu delegasi Muslim Australia, Hussam Elmaghraby, mengungkapkan apresiasinya atas keberhasilan pesantren dalam membina para santri.
Pria 36 tahun yang juga polisi Australia itu mencontohkan, tidak dijumpainya kasus-kasus seperti penggunaan narkoba oleh kalangan pesantren, adalah hal yang patut diapresiasi, terlebih dengan keberadaan pesantren yang mencapai lebih dari 12.000 pesantren di Indonesia.
Setelah mendengar keterangan panjang lebar mengenai karakter dan watak jenuin pesantren di Indonesia, pihaknya mengatakan, Australia sudah saatnya mengembangkan semacam pesantren yang selama ini dinilainya berhasil dalam mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.
Sementara, aktivis muda NU yang juga alumnus Australian National University, Arief Zamhari, mengatakan, pesantren di Indonesia punya karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain.
"Ada pesantren yang dikenal dengan pesantren salaf dan modern," kata Arief, yang menambahkan bahwa semua ini bertolak dari, misalnya, kurikulum yang diajarkan atau proses belajar mengajar yang ada di pesantren. (dar)
Terpopuler
1
Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Idarah 'Aliyah JATMAN Masa Khidmah 2025-2030
2
Penggubah Syiir Tanpo Waton Bakal Lantunkan Al-Qur’an dan Shalawat di Pelantikan JATMAN
3
Rais Aam PBNU: Para Ulama Tarekat di NU Ada di JATMAN
4
Gencatan Senjata Israel-Hamas
5
Khutbah Jumat: Muharram, Bulan Hijrah Menuju Kepedulian Sosial
6
Gus Yahya: NU Berpegang dengan Dua Tradisi Tarekat dan Syariat
Terkini
Lihat Semua