Warta MUKTAMAR KE-46 MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah Bersikap Loyak-Kritis pada Pemerintah

NU Online  ·  Sabtu, 3 Juli 2010 | 10:18 WIB

Yogyakarta, NU Online
Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menegaskan, selama masa kepemimpinannya lima tahun ini, ia menggunakan pendekatan loyal-kritis kepada pemerintah.

Dalam hubungannya dengan pemerintah, Muhammadiyah akan tetap baik dan proporsional, jika pemerintah benar, akan berada  di garis depan untuk membela, tetapi jika pemerintah melanggar, tak akan sungkan-sungkan untuk mengkritik. Loyalitas yang diberikan Muhammadiyah kepada negara, bukan pada pemerintah.<>

“Sahabat sejati adalah sahabat yang mau memberi koreksi, sahabat sejati bukan sahabat yang suka memuji untuk basa-basi,” katanya dalam pidato pembukaan Muktamar ke46 Muhammadiyah yang berlangsung di Yogyakarta, Sabtu (3/7).

Ia menegaskan bahwa tidak mungkin ada pertentangan antara Muhammadiyah dan Pemerintah, karena sudah terjalin hubungan yang saling membutuhkan, walaupun usia Muhammadiyah lebih tua bagi negara. Gerakan pencerahan dan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang dilakukan Muhammadiyah memerlukan dukungan pemerintah, sebaliknya upaya pemerintahpun sangat membutuhkan peran Muhammadiyah.

“Karena sejatinya Muhammadiyah adalah gerakan pencerahan, gerakan pencerdasan kehidupan bangsa, karena itu Muhammadiyah sepanjang satu abad telah mampu berbuat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan ribuan amal usaha, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, lembaga sosial, lembaga  pemberdayan ekonomi dan juga lembaga dakwah pencerahan ummat,” papar Din.

Ia mengibaratkan hubngan antara Muhammadiyah dan negera sebagai matahari dan bumi. Kalau Muhammadiyah ibarat matahari dan negara adalah Bumi, bumi diciptakan karena ada matahari dan matahari diciptakan untuk menyinari bumi,” terangnya.

“Matahari tidak akan berhenti bersinar menyinari bumi. Matahari tidak akan bersinar walaupun ada tsunami. cahyaning suryo suminaring nagari, yaitu sang sang surya yang menyinari bumi, dan kehidupan bersama,”  lajut Din.

Ia menyatakan, Muhammadiyah telah berjuang dalam melahirkan kemerdekaan Indonesia, karena itu ikut merasa bertanggung jawab atas keselamatan negara dimasa mendatang. Muhammadiyah telah berhasil melintasi masa satu abad dan mampu bertahan dari arus sejarah dan gelombang zaman.

Saat ini Muhammadiyah banyak bergerak dalam bidang dengan memiliki banyak amal usaha yang ada di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi dan lainnya diluar kegiatan dakwah secara langsung.

Pernyataan tentang pentingnya independensi organisasi keagamaan juga disampaikan oleh mantan ketua umum PNNU KH Hasyim Muzadi dalam satu kesempatan berbeda.  Organisasi agama didirikan untuk mencegah yang munkar dan menyokong yang makruf, oleh karenanya tidak bisa ditempatkan pada posisi oposisi pada pemerintah dan tidak pula pada bagian dari pemerintah.

“Loyalitas mutlak sebuah organisasi agama (NU) sepenuhnya adalah kepada negara, sedangkan kepada penyelenggara negara bersifat partisipasif kritis. Inilah dilemma antara organisasi sosial keagamaan dengan kekuasaan,” tandasnya. (mkf)