Warta MAULID NABI DI UI

Merekonstruksi Sejarah Kenabian dalam Konteks Masa Kini

Sab, 3 Maret 2012 | 02:12 WIB

Depok, NU Online
PC PMII UI Depok dan IKABA UI (Ikatan Keluarga Asia Barat UI) menggelar rangkaian acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Universitas Indonesia. Rangkaian I yaitu bedah buku ‘Muhammad, Sang Nabi’ karya Karen Amstrong di Auditorium Gedung I FIB UI, Kamis (01/03/2012).

Kiai M. Lukman Hakim (Tokoh Ulama), Zuhairi Misrawi (Chairman of Moderate Muslim Society), Yon Machmudi (Pakar Timur Tengah FIB UI), dan Achmad Solechan (Pemimpin Umum Majalah Mata Air) hadir sebagai pembicara pada acara tersebut. Buku yang berjudul asli “Muhammad, A Biography of Prophet” ini ditulis seorang dari kalangan bukan muslim.
<>
Karen Amstrong memberikan penggambaran yang baik. Ada banyak hal yang bisa dipetik seperti bagaimana Nabi meningkatakan kualitas masyarakat, bagaimana kesedarhanaan seorang Muhammad yang sesungguhnya mampu mengungguli raja Persia, dan sebagainya. Buku karen Amstrong patut diapresiasi.

Sementara itu ada beberapa catatan dari para pembedah bahwa penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia yang perlu mendapat sentuhan anak sastra (Yon Machmudi), Karen Amstrong melewatkan beberapa keunikan Nabi Muhammad sebagaimana Kiai Lukman dapati, Amstrong tidak menyertakan Piagam Madinah (Zuhairi M.), dan sebagainya.

Ada banyak cerita menarik mengenai Nabi Muhammad yang disampaikan para pembicara. Misalnya, saat Nabi disapa dengan kurang sopan, lantas Aisyah membalasnya sapaan yang serupa. Kemudian Nabi Muhammad menepuk punggung Aisyah dan berkata, “Wahai Aisyah, hendaklah lemah lembut dalam segala urusan.”

Kiai Lukman juga menuturkan bahwa Nabi dihadirkan sebagai sedekah namun tidak Nabi Muhammad. Sedekah adalah untuk orang yang mebutuhkan sedangkan Nabi Muhammad dihadirkan sebagai hadiah. Dan arti hadiah adalah pemberian pada yang dicintai. Dengan demikian sesungguhnya Nabi Muhammad adalah tanda cinta untuk umat pada zaman Muhammad dan kemudian.

Sekalipun banyak sejarah yang menghantarkan cerita keteladanan Nabi Muhammad, Achmad Solechan justru melihat bahwa nilai-nilai yang baik malah banyak tereduksi oleh umat. Contohnya adalah bagaimana Nabi Muhammad melarang membalas cacian dengan keras dan sahabat-sahabat Nabi mampu menahan cacian selama lebih 13 tahun.

Selebihnya, catatan bagi semuanya, yaitu perlunya kajian Muhammad SAW dari berbagai aspek dan rekontruksi sejarah kenabian untuk menjawab masalah kekinian. Satu contoh yaitu, bagaimana Nabi Muhammad tidak pernah memakan yang haram dikaitkan dengan masalah korupsi.



Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Ana Ainiyatul Farihah