Warta Munas dan Konbes NU

Menag Tutup Munas dan Konbes

Sen, 31 Juli 2006 | 04:43 WIB

Surabaya, NU Online
Munas dan konbes NU yang berlangsung mulai 28 Juli lalu akhirnya berakhir dengan melahirkan sejumlah program dan rekomendasi. Kali ini Menteri Agama Maftuh Basuni yang berkenan menutup setelah sebelumnya dibuka oleh wapres Yusuf Kalla. Acara penutupan dilaksanakan di Aula Al Zaitun Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Minggu malam.

KH. Said Aqil Siradj yang menjadi ketua panitia pelaksana melaporkan kepada hadirin tentang seluruh proses penyelenggaraan muktamar, termasuk pembiayaannya. “Alhamdulillah, berkat bantuan Menag dan yang lain hajat kita dapat berjalan sesuai yang diharapkan,” kata Kang Said.

<>

Sementara itu KH. Ma’ruf Amin yang mewakili PBNU menjelaskan bahwa  terselenggaranya Munas-Konbes NU ini harapannya menjadikan NU tidak hanya sebagai tempat berkumpulnya ulama, tapi NU juga menjadi tempat rujukan kerangka berfikir bagi para ulama. “Karena itu, Munas juga mengangkat dinamika berfikir yang disebut fikrah nahdliyah. Tapi belum-belum kemarin sudah ada yang salah nyebut, ’dzikra’ nahdliyah’,” kata Kiai Ma’ruf sambil berseloroh.

Dijelaskan Kiai Ma’ruf bahwa NU telah melakukan proses dinamisasi kerangka metodologi berfikir dari konservatif dan tekstual yang masih dipegangnya sampai tahun 90-an. Lalu pada Munas-Konbes NU di Lampung tahun 1992 telah digagas Qaulan Wamanhajan. “Hari ini kita berfikir fikrah nahdliyah, artinya supaya tidak ke kanan dan ke kiri. Tidak konservatif tapi juga tidak liberalian. Tapi yang diambil adalah cara berfikir yang dinamis,” tambahnya.

Menteri Agama Maftuh Basyuni dalam pidato penutupannya menyatakan, bahwa sebagai organisasi keagamaan yang berbasis massa terbesar, NU telah menunjukkan kesetiannya kepada bangsa dan negara. Bahkan dalam beberapa hal,  lanjutnya, NU telah memberikan kontribusi yang cukup meyakinkan dalam periodesasi kebangsaan kita.

“Kini ketika bangsa dan negara sedang menghadapi masalah yang cukup pelik, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, dan bencana yang melanda dimana-mana, NU juga diharapkan dapat lebih berperanan lagi,” saran Menag dihadapan para kiai dan peserta Munas-Konbes NU.

Namun demikian, pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana hubungan Islam dan negara supaya tidak tereduksi satu sama lain? NU memandang perlunya lembaga permusyawaratan (syuro) sebagai pertanda adanya pemahaman demokratisasi di kalangan ulama NU.

Maftuh Basyuni menutup secara resmi acara Munas-Konbes NU yang berlangsung dari tanggal 27-30 Juli dengan  mengetuk palu disertai bacaan hamdalah. Usai ditutup Menag, acara dilanjutkan doa penutup yang dibawakan oleh KH. Masduki Mahfudz sebagai Rois Syuriah PWNU Jawa Timur.

Selain jajaran dari PBNU, hadir juga dalam acara penutupan tersebut Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) H. Saifullah Yusuf yang juga ketua umum GP Ansor. (mkf)