Warta

Menag: Perguruan Tinggi Islam Ditantang Sanggup Menjawab Perubahan

NU Online  ·  Rabu, 6 Oktober 2010 | 07:02 WIB

Jakarta, NU Online
Menag Suryadharma Ali mengatakan, Indonesia merupakan tempat yang paling besar sebagai studi keislaman. Perguruan tinggi Islam diharapkan menjadi benteng pusat studi keislaman, bahkan mungkin yang terbesar di Asia Tenggara.

Karenanya, Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri, terutama yang berstatus Universitas Islam Negeri (UIN), kini ditantang untuk sanggup menjawab perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. <<>br />
“Sebuah universitas tidak boleh berdiri sebagai menara gadingâ di tengah masyarakat,” katanya di Jakarta, Selasa (5/9) pada acara pemancangan tiang pertama pembangunan gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

UIN sebagai universitas dengan segala kelengkapannya dituntut berperan maksimal untuk menghidup-suburkan etos dan tradisi intelektualisme Islam di Indonesia yang telah dirintis, dibina dan dipelihara oleh para pendahulu kita.

"Dalam kesempatan, saya perlu mengingatkan bahwa Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri lahir dengan membawa misi untuk mencetak sarjana-sarjana yang ulama dan ulama-ulama yang sarjana," kata Menag.

Pembangunan Gedung FISIP di atas lahan sekitar 10.000 meter persegi dan luas bangunan 12.000 meter persegi. Gedung berlantai enam direncanakan menghabiskan anggaran sebesar Rp 32 milyar. Sebelumnya di atas atas lahan tersebut terdapat bangunan yang berfungsi sebagai Kantor Penguhubung atau Perwakilan Pemprov Jawa Barat di Jakarta. Kini pemanfaatan lahan tersebut dikelola UIN Jakarta.

Dengan berdirinya FISIP, UIN Jakarta kini memiliki lima fakultas umum dan enam fakultas agama. Kelima fakultas umum itu adalah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Psikologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. (sam)